Sabtu, 26 Mei 2012

TIGA orang pria yang berasal dari Bali, beberapa waktu lalu mengguncang panggung Level 2, superbazar-nya SMAN 2 Bandung. Tentunya, belia enggak mau ketinggalan untuk ngobrol-ngobrol bareng band yang mengusung genre punk rock. Ditemui di sebuah kamar hotel di bilangan Sukajadi, Bobby Cool (lead vox, guitar), Eka Rock (bass, backing vox), dan Jerinx (drum) berbagi keriaan dengan belia, sebelum manggung, hehehe… Simak bareng-bareng ya!

Ketiga pria yang tergabung dalam Superman Is Dead (SID) ini bukan pertama kalinya tampil di Kota Bandung. "Kali ini, kita datang ke Bandung perasaan lebih fun, haha… Mungkin karena mau main di pensi anak SMA, jadi semangat," kata Jerinx. Ugh, pantes aja performa mereka di Level 2 mampu menghipnotis puluhan ribu pasang mata. Selain penampilan yang oke, dari segi musikalitas, band asal Kuta, Bali yang sedang menyiapkan album baru ini pun enggak kalah ciamiknya.

Seperti roda, karier mereka di dunia musik Indonesia sempat mengalami jatuh bangun. Memulai lewat jalur indie, SID akhirnya berhasil merangkak ke jalur mainstream, tetapi tanpa harus menanggalkan identitas asli mereka. "Banyak orang yang enggak tahu gimana perjuangan kami dalam mempertahankan idealisme. Kami sempat bolak-balik label untuk diskusi segala hal. Akhirnya, pihak label mau menerima beberapa persyaratan yang kami bikin. Lagian indie label sekarang pun udah bisa setara dengan major label," jelas Jerinx.

Salah satu syarat yang berhasil mereka pertahankan adalah lagu-lagu yang sebagian besar liriknya berbahasa Inggris. "Daripada pake bahasa Belanda, kan mending pake bahasa Inggris," canda Bobby. "Referensi kami dari dulu kebanyakan lagu dengan bahasa Inggris. Tanpa disadari akhirnya lagu-lagu kami banyak yang berbahasa Inggris. Namun, untuk pendengar yang belum paham bahasa Inggris, di album ’Black Market Love’, kami mencantumkan penjelasan di bawah lirik lagu yang berbahasa Inggris," tuturnya lagi.

Pria-pria penggemar sepeda low rider ini juga cerita kalau musik yang mereka mainkan sejak dulu, didedikasikan untuk kaum marginal atau kaum minoritas. "Album ’Black Market’ Love ini banyak menceritakan kisah cinta yang ‘salah’. Kami punya pesan kalau cinta itu enggak selalu manis. Pokoknya cinta itu seperti kentut. Kalau ditahan malah bikin perut tambah sakit, tetapi kalau dikeluarkan bisa bikin keributan, hehehe…" kata Eka sambil ketawa. Jika belia sempat melihat video klip mereka yang berjudul "Lady Rose", barangkali belia bisa langsung menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh SID.

Bukan hanya pesan cinta seperti itu saja yang ingin disampaikan oleh SID, melainkan pesan cinta untuk mereka yang tersisih dan terlupakan, seperti para korban bencana alam, bahkan cinta untuk lingkungan. "Yang paling mengena adalah saat kami bersama-sama dengan warga Bali menggelar konser peduli bom Bali. Kami bekerja sama dengan semua pihak di Bali untuk membantu para korban. Banyak orang yang punya persepsi kalau orang-orang Bali enggak peduli dengan kejadian di luar Bali karena mereka menganggap Bali sudah seperti negara sendiri, padahal enggak begitu. Kami masih peduli dengan keadaan di luar Bali," ujar Jerinx serius. Hmm, di balik penampilan mereka yang gahar ternyata trio ini punya kepedulian yang begitu besar terhadap sesama manusia. Gimana dengan kamu? ***

tisha_belia@yahoo.com Penulis: ---taken from Pikiran Rakyat---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar