Rabu, 27 Juni 2012

S.I.D Naik Sepeda ke Konser

foto
TEMPO.CO, Jakarta - Grup punk rock asal Bali, Superman Is Dead, mempunyai misi khusus di setiap penampilannya di panggung. "Kita bawa sepeda saat manggung. Sebagai musisi, itu hanya hal kecil yang bisa kita lakuin," ujar Bobby Kool di Jakarta, Jumat, 2 Maret 2012. Menurut mereka, hal tersebut salah satu cara membantu mengurangi pemanasan global.

Selain itu, meski musik yang mereka mainkan termasuk aliran yang agak keras, S.I.D mengajarkan kepada fans-nya yang perempuan, Lady Rose, dan fans pria, Outsiders, untuk selalu tertib saat menyaksikan penampilan mereka.

"Kita pas di panggung selalu bilang kalau Lady Rose di depan semua dan para Outsidersnya di belakang melindungi mereka. Jadi nontonnya juga aman, enggak ada yang curi-curi kesempatan," katanya.

Karena kepedulian S.I.D terhadap lingkungan dan keselamatan penggemarnya tersebut, band yang digawangi Bobby Kool di vokal dan gitar, Eka Rock pada bas, dan Jrx pada drum ini dipilih sebagai band yang membuka konser Avenged Sevenfold.
Readmore.....

Menonton Konser Superman is Dead Ajak Cinta Negeri, Siapkan Soundtrack Film

SUASANA Mitra Café di Jalan Mulawarman ramai oleh riuh penonton yang tak sabar menantikan SID manggung. Ya, maklum saja konser ini menjadi obat kerinduan penggemar SID, Outsiders bagi yang laki-laki dan Lady Rose bagi perempuan. Mereka kompak mengenakan setelan serba hitam dan sudah tak sabar lagi menunggu aksi punggawa SID menghentak Mitra. Bibir panggung sesak dipenuhi penggemar band beraliran punk rock tersebut. Jam menunjukkan pukul 00.56 wita, teriakan penonton semakin kencang menyebut nama SID untuk segera ke stage.
Berawal dari raungan distorsi gitar Bobby Kool (Budi Sartika) sang vokalis, betotan bass Eka Rock (Eka Arsana), dan pukulan beat drum Jerinx (Ari Astina), akhirnya konser SID dimulai tepat pukul 01.15 wita. Lagu pembuka berjudul “Luka Indonesia” menjadi nyanyian ekspresi SID mengungkapkan sebuah pesan kemanusiaan. Lagu ini pun disambut antusias oleh Outsiders dan Lady Rose. “Apa kabar Samarinda, senang sekali kami bisa ke Samarinda setelah lima tahun tidak ke Samarinda, kota ini punya memori indah bagi SID, terima kasih,” ungkap Bobby di sela sela konser.
Setelah selesai lagu pertama, SID melanjutkan lagu lagu andalannya yang ada di album pertama dan keempat diantaranya “We Are The Outsiders”, “Aku Anak Indonesia”, “Black Market Love”,”Bad Bad Bad”, dan “TV Brain”. Khusus dalam lagu “Aku Anak Indonesia” ada hal yang bias dipetik dalam konser SID ini. Di tengah lagu tiba tiba Booby mengecilkan suara gitarnya, lalu pria berambut kuncup ini terlihat semangat menyampaikan sebuah pesan tentang Indonesia layaknya berpidato. Dalam kesempatan itu Bobby menuturkan pesan ke generasi penerus bangsa untuk selalu mengenal Indonesia lewat jati diri bangsa. “Tetaplah menjadi anak muda yang jadi kebanggaan bangsa dan terus berkarya lewat karya positif hindari hal negatif,” tegas Booby. SID memang sudah dikenal oleh para penikmat musik lewat lirik musiknya yang selalu mengedepankan rasa nasionalis khususnya rasa satu nusa satu bangsa sebagai warga Negara Indonesia.
Lagu selanjutnya seperti “Saint Of My Life”, “Menuju Temaram”, “Bukan Pahlawan”, “Jadilah Legenda”, “Lady Rose”,dan “Kuta Rock City” menambah suasana Mitra semakin panas dan semarak. Barisan depan para penggemar SID selalu mendekat kala Booby dan Eka  menghampiri untuk bernyanyi bersama. Nah, ada yang spesial saat konser SID itu, Jerinx sang Drumer menuturkan khusus di lagu “Jadilah Legenda” akan menjadi soundtrack film berjudul Rumah di Seribu Ombak besutan sutradara Erwin Arnada. ”SID tidak hanya menjadi pengisi lagu di film ini, namun saya juga kebagian akting di film itu, dan film ini siap tayang Agustus 2012 mendatang,” ungkap Jerinx di hadapan penonton lalu disambut tepuk tangan meriah. Film Rumah di Seribu Ombak ini pun mengambil setting tempat di Bali yang menceritakan kisah persahabatan dua anak laki-laki yang berbeda keyakinan, Islam dan Hindu.
Total ada lima belas lagu yang dibawakan SID untuk memuaskan para penggemarnya. Akhirnya, konser selama hampir dua jam itu ditutup tembang SID berjudul “Jika Kami Bersama”, dipadukan dengan tembang lawas milik Iwan Fals “Kemesraan” lagu ini akhirnya di medley oleh SID menjadikan sebuah lagu penutup yang asyik didengar. Sebuah pertunjukkan musik dari SID yang begitu memukau.
Anton, salah satu outsiders selepas konser mengungkapkan kalu dirinya merasa beruntung bisa menonton konser SID. “Saya dari Balikpapan ke Samarinda untuk menonton mereka, " katanya.
Readmore.....

Superman Is Dead. Menyuarakan Perdamaian Secara Frontal Butuh Nyali

http://www.mediahindu.net/images/stories/FotoArtikel/sid.jpg
Inilah Superman is Dead. Band dari Bali yang membawa Indonesia memasuki anak tangga lagu Billboard dalam kategori ”Uncharted”. Dengan jumlah pendengar di internet lebih dari 1,7 juta orang, SID menduduki peringkat ke-23 dari 50 band terpopuler di dunia.

Band yang diawaki Jerinx (33, I Gede Ari Astina, drum), Eka Rock (35, I Made Eka Arsana, bas), serta Bobby Kool (33, I Made Putra Budi Sartika, vokal dan gitar) terus bergerak dan semakin eksisnya di dunia musik. Tidak melulu di dalam negeri, tetapi juga di mancanegara, dari Australia, Singapura, dan Amerika Serikat. Misinya: melakukan perlawanan terhadap sistem yang bobrok. Berikut kami kutipkan sebagian tanya jawab SID dengan para penggemarnya

Kenapa pakai nama ”Superman is Dead”? (Sugeng Riyadi, xxxx@yahoo.co.id)

Kami memilih nama SID karena musik kami memiliki pesan yang sangat jarang diangkat oleh band-band Indonesia. Dipilih bernama SID karena kami tidak percaya akan konsep manusia sempurna. Semua manusia pasti memiliki sisi gelap dan terang, serta obsesi menjadi manusia sempurna. Contohnya di Indonesia, mereka yang mengklaim diri paling benar/sempurna malah lebih sering menindas yang lemah dan yang tak sepemikiran.

Apa masalah terbesar yang dihadapi bangsa ini? (Alfonsus Delly Johannes, Jogja)

Kemiskinan masih menjadi penghalang kemajuan. Kemiskinan menjauhkan masyarakat dari pendidikan dan kesehatan yang layak. Kemiskinan dan kurangnya pendidikan adalah satu faktor maraknya aksi kekerasan, berbau SARA maupun tidak. Belum lagi budaya korupsi yang menambah lambat laju bangsa ini menuju sejahtera. Solusinya cuma satu, pemerintah dan rakyat harus belajar mengutamakan kepentingan negara dan—ini yang paling susah—meminggirkan terlebih dahulu kepentingan golongannya.

Siapakah orang yang ingin kalian ajak makan malam, entah dia hidup atau mati. Akan menyajikan apakah? Apa yang kalian pikirkan tentang Indonesia? (Anugrah TR, xx@gmail.com)

Sudah pasti almarhum Gus Dur. Kami akan sajikan beliau masakan khas Bali karena kami yakin beliau pasti menyukai masakan cutting-edge, ha-ha.

Analoginya: Indonesia itu bagaikan permata buram yang belum digosok karena si pemilik permata masih belum memiliki alat yang tepat untuk menggosok dan menjadikannya berkilau. Untuk sementara, permata itu digosok memakai alat ”pinjaman” yang berlumur darah dan sarat kepentingan golongan

Kenapa SID selalu menyuarakan lagu-lagu perdamaian? (Robi Outsiders, Cipanas)

Di Indonesia, menyuarakan perdamaian secara frontal itu butuh nyali karena masih ada banyak kekuatan yang sengaja menebar kebencian dan perang demi kepentingan kelompoknya. Kami memilih tema-tema seperti itu karena melihat perdamaian dan kemerdekaan sesungguhnya belum terwujud di negara ini. Rakyat hidup dalam ketakutan.

Apakah seorang punk boleh berbicara tentang politik? (Niluh Komang Intan, xxxx@yahoo.com) Siapa saja boleh berbicara politik. Tapi, semua juga ada ruang dan waktunya. Kalau dari sudut pandang SID, politik di Indonesia sama seperti negaranegara berkembang lainnya, masih belum satu suara. Terlihat dari kepentingan kelompok yang lebih dominan ketimbang kepentingan bangsa.

Jika SID duet dengan Rhoma Irama mau tidak? (Yan Rinaldy, xx@yahoo.com)

Sayangnya apa yang dulu dia lakukan terhadap Inul membuat kami kehilangan respek dan tidak tertarik berduet dengannya :)
(Kompas 8 Maret 2011)
Readmore.....

SID, Bersulang Melawan Keseragaman


“Superman Is Dead (SID) menginspirasi dan mengajarkan kami tentang indahnya perbedaan dan untuk menghormati keberagaman!” Kurang lebih itulah pendapat salah seorang penonton yang hadir dalam gig di salah satu pusat hiburan di bilangan Jakarta Pusat pertengahan Maret lalu. Pernyataan secara terbuka yang diucapkan dalam sebuah panggung “glam” peluncuran album baru SID yang bertajuk Angels & the OutSIDers.
Damn! Saya tersentak dengan pernyataan tersebut. Pernyataan yang sudah sangat lama saya nanti-nantikan tiba-tiba terdengar langsung oleh telinga saya. Mungkin banyak orang yang akan bertanya-tanya, apa istimewanya komentar tersebut? Sehingga harus membuat tersentak? Bukankah pendapat-pendapat seperti itu sudah biasa diucapkan? Lalu apa yang menjadi luar biasa?
Pertanyaan dan pernyataan seperti itu seolah-oleh beruntun menerjang kepala saya, seraya berusaha menjelaskannya. Pendapat seperti itu, tidak akan menjadi luar biasa apabila disampaikan untuk para pegiat kemanusiaan atau untuk kelompok-kelompok yang memang aktivitas mereka ada di wilayah perjuangan pluralisme. Namun tidak demikian apabila ucapan itu didedikasikan untuk SID.
Dengan latar belakang “glamour”, tampilan ala punker, musik cadas, dan segala atribut “gaul” yang disandang oleh grup band ini, seolah-olah mereka adalah tiga “berandal” yang hanya bermusik dan larut dalam kehidupan glamour. Rambut spiky, rantai bergelantungan di pinggang, berbusana gaul nan glamour tidaklah cukup menggambarkan ketepatan dari penyataan di awal tulisan ini. Betapa ketiga pemuda ini jauh dari kategori kelompok yang peduli dengan keadaan sekitar.
Ditambah lagi tangan yang tiada henti memegang botol minuman beralkohol, semakin menjauhkan cap pemuda yang mempunyai kepedulian terhadap kehidupan sosial. Belum lagi bila kita menengok ke belakang atas perjalanan grup band ini yang sempat dipenuhi dengan tuduhan rasis dan diskriminatif, menyebabkan SID sempat terpuruk dalam tuduhan-tuduhan rasis. Tentu saja keadaan ini kerap membuat roh lagu mereka menjadi hilang dan terkubur dalam “judge” glamour, rasis, dan anti sosial. Aktivitas-aktivitas mereka untuk kampanye kemanusiaan, kesetaraan, pluralisme menjadi sirna begitu saja.
Antara Glam dan  Kemanusiaan
Sepanjang pengetahuan saya, SID baik sebagai sebuah grup band maupun individu-individunya adalah salah satu grup band yang cukup aktif dalam melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan, tentunya yang paling sering adalah melakukan kampanye pluralisme, kemanusiaan dan juga lingkungan. Tidak sebatas hanya datang dan bermain musik, bahkan terlibat langsung dalam pengadaan kampanye termasuk memobilisasi resource untuk menggelar kampanye musik.
Komitmen mereka atas kemanusiaan, pluralisme, lingkungan tergambar pula secara kuat dalam lagu-lagu mereka. Dapat dicatat bahwa hampir dalam setiap album yang dirilis oleh SID terdapat tema-tema lagu yang mengedepankan persaudaraan, kesetaraan, pluralisme. Kita vs Mereka, Marah Bumi, Citra O.D bahkan dalam album terbarunya terdapat pesan untuk menjaga semangat keberagaman yang tercermin dalam lagu “Kuat Kita Bersinar”.
Dalam setiap mereka penampilannya, tak henti-hentinya mengingatkan penonton yang ada di depan mereka untuk menghargai setiap perbedaan. Kadangkala oleh Bobby dengan mimik serius bak orator, atau kadang dengan guyonan “jorok” ala Eka Rock yang mengundang tawa tapi sarat dengan pesan indahnya keberagaman.
“Akh, itu hal yang biasa kali, namanya juga cari popularitas,” begitu kira-kira pendapat yang muncul bila kita menelaah SID dan sisi humanismenya. Namun pendapat itu menjadi keliru bila menyimak perjalanan kreativitas para personel SID di kala mereka belum terkenal seperti sekarang. Cukup susah mengatakan bahwa tema lagu mereka tentang kemanusiaan, kesetaraan dan pluralisme, adalah sebatas lagu panggung. Sebatas untaian kata yang hanya diteriakan di panggung-panggung lalu hilang dan lepas tak bermakna di dalam kehidupan mereka di luar panggung. Atau sangat berat rasanya mengatakan, bahwa pesan-pesan mereka adalah pesan semu yang hanya untuk gagah-gagahan di atas panggung.
Lekat dalam ingatan saya bagaimana SID termasuk salah satu band menyisihkan energinya untuk kegiatan-kegiatan jalanan terutama pada tahun 1998 di mana euforia reformasi sedang masak-masaknya. Aksi massa di kampus-kampus sedang marak, diskusi informal merebak tiap saat dan di situlah beberapakali terlibat pula pemuda-pemuda ini.
Mereka bergabung dalam setiap aktivitas, mengeluarkan “merchandise” dalam bentuk stiker-stiker. Bukan stiker gaul atau stiker yang beraroma dunia glam tapi “merchandice” yang berbau kampanye gerakan. Tercatat dalam ingatan saya, berbagai stiker sarkas dengan tulisan; “Sohardto F**k”, atau maaf” Tutut Titit” yang sesuai kehendak zaman pada saat itu. Mungkin seseuatu hal yang kecil, tetapi sarat akan makna kepedulian mereka dengan kondisi sosial.
Di tengah lagu-lagu mereka yang sekilas terkesan mengumbar tema glam, SID adalah salah satu band di Bali yang selalu siap tampil dalam acara-acara charity untuk kemanusiaan. Mungkin puluhan kali bahkan lebih, grup band ini terlibat secara aktif dalam pagelaran sosial tanpa bayaran. Tercatat SID tampil dalam penggalangan dana untuk kemanusiaan pada saat bencana tsunami Aceh dan bencana gempa Jogjakarta. Bukan hanya sebatas tampil memikan musiknya, tapi juga peran Jerinx (drummer SID) sebagai pengagas ide terutama dalam Pagelaran Kemanusiaan untuk bencana gempa Jogjakarta.
Demikian pula dalam hal perjuangan atas pluralisme dan keberagaman, SID adalah Band yang terlibat pula secara aktif dalam kampanye penolakan RUU APP dari sejak dikumandangkan tahun 2006 sampai 2008. Tidak melulu aksi panggung tapi pemuda-pemuda ini juga terlibat dalam aksi-aksi jalanan. Menggarap roadshow musik untuk mengampanyekan, betapa berbahanya RUU APP dalam ranah Bhinekka Tunggal Ika. Betapa RUU APP mengancam sendi-sendi keberagaman dan berujung terancamnya nilai-nilai dan hakikat kemanusiaan.
Tema lagu kemanusiaan termanifestasikan dalam bentuk praktik-praktik SID. Nilai universal kemanusiaan, menjadi lakon yang tidak bisa dinafikan begitu saja dari SID. Kita masih ingat bagaimana agresi USA terhadap negara Irak? Di tengah kondisi sentimentil yang berkembang atas dunia Islam, SID justru tampil dan keluar dari sentimentil itu. Solidaritas kemanusiaan adalah universal dan menembus batas tanpa memandang warna kulit, jenis kelamin, agama, suku, bangsa. Ini terwujudkan dalam pagelaran musik bertajuk “Stop War”, sebuah pagelaran musik untuk menentang agresi USA ke negara-negara Timur Tengah.
Apakah sebatas datang dan tampil dan menyanyi? Oh, tidak! SID hadir dari menggagas ide, menyiapkan rencana kegiatan, mendesain propaganda dan mengumpulkan band-band untuk tampil bahkan sampai teknis acara. Itulah sekian banyak aktivitas dan praktek-praktek SID yang menunjukan keselarasan antara tema lagu dengan praktik kehidupan nyata mereka.
Di tangan mereka, dunia “glam” menjadi tidak sebatas hura-hura dan dentingan sulang gelas dan botol alkohol . Dunia “glam saat ini menjadi dunia yang sarat dengan upaya penyadaran akan nilai-nilai kemanusiaan, keberagaman, keseteraan dan perdamaian. Pesan-pesan yang secara termaktub dalam lagu-lagu mereka, terpropagandakan dalam “orasi-orasi panggung” dan mampu membangunkan kesadaran orang-orang akan arti penting dari nilai-nilai itu. Minimal di tingkatan penggemar mereka a.k.a outSIDers. Mampu meretas perbedaan sempit yang selama ini dikonstruksi oleh negara atas sekat-sekat suku, agama, ras, jenis kelamin, kebangsaan dll.
Lalu seberapa pentingkah ucapan penonton yang saya sampaikan di awal tulisan ini? Buat saya pernyataan itu sangat istimewa. Inilah pertamakalinya saya mendengar “pengakuan” atas aktivitas-aktivitas SID yang sesungguhnya tidak pernah lepas dari dinamika sosial. Setidaknya ada satu orang yang tersadarkan atas kampanye dan propaganda lagu SID selama ini. Bahkan bisa saja mewakili puluhan, ratusan, bahkan ribuan orang lainnya. Sehingga judge fatalis (rasis, anti sosial) terkubur seiiring waktu.
Di tengah krisisnya bangsa ini akan penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, dengan bergelimang manusia-manusia berperilaku primitif dan berpikiran sempit nan membosankan, SID tampil sebagai oase yang memberikan secercah harapan. Semestinya orang-orang yang selalu bertampilan necis, berjas rapi, mengaku orang terhormat merasa malu karena justru pesan-pesan kemanusiaan, anti diskriminasi, kesetaraan keluar dari mulut “berandal-berandal” ini.
Semoga tetep konsisten, mari ciptakan dunia baru tanpa diskriminasi. SID “glam”mu kami tunggu seiiring dengan laju sepeda “lowrider” yang mengilhami orang untuk mencintai lingkungan.
……Dan kau sahabatku, mari kita bersulang!
Jakarta, 14 Maret 2009
 Sumber : balebengong.net
Readmore.....

Jumat, 22 Juni 2012

Superman Is Dead Minta Warga Palu Cinta Indonesia


Aksi Superman Is Dead dalam panggung #BedaIsMe
Aksi Superman Is Dead dalam panggung #BedaIsMe (sumber: Yanuar Rahman/Beritasatu.com)
"Banggalah menjadi orang Indonesia, jangan mencederai kekayaan bangsa itu dengan aksi-aksi negatif seperti tawuran."

Grup musik punk-rock asal Bali, Superman Is Dead (SID), mengajak warga Kota Palu, Sulawesi Tengah, untuk lebih mencintai Indonesia.

Ajakan itu disampaikan Bobby Kool, vokalis Superman Is Dead, di sela konser musik yang dihadiri sekitar 20 ribu penonton di Stadion Gawalise, Palu, Sabtu (16/6)malam.

Di hadapan ribuan penonton, vokalis sekaligus gitaris itu mengatakan Indonesia memiliki keragaman suku dan budaya. "Banggalah menjadi orang Indonesia, jangan mencederai kekayaan bangsa itu dengan aksi-aksi negatif seperti tawuran," kata Bobby Kool pula.

Penampilan ketiga personel "SID" di atas panggung disambut meriah oleh penggemarnya yang dikenal dengan sebutan "outSIDers" (untuk penggemar laki-laki) dan "lady rose" (untuk penggemar wanita) itu.

Konser tersebut diawali oleh sang drummer, Jirenx yang menaiki sepeda kumbang mengelilingi panggung.

Pertunjukan dilanjutkan dengan lagu "Satu Nusa Satu Bangsa" yang segera disambut tepuk tangan dan teriakan penonton.

Vokal dari Bobby Kool sesekali dibarengi suara Eka Rock, si pembetot bass yang sekaligus juga berperan sebagai penyanyi latar.

Superman Is Dead pada malam itu menampilkan belasan lagu yang sudah akrab di telinga penggemarnya, antara lain Aku Anak Indonesia, Black Market Love, Lady Rose, Saint Of My Life, Jika Kami Bersama, dan Goodbye Whiskey.

Dalam konser itu, drummer Jerinx juga menyempatkan bernyanyi dua buah lagu, "Jadilah Legenda" dan "Lady Rose".

Sebelum Superman Is Dead tampil, grup musik Five Minutes juga tampil membawakan sejumlah lagu, seperti Aisyah, Semakin Kukejar Semakin Kau Jauh, Selamat Tinggal, dan Salam Terakhir.
sumber : beritasatu.com
Readmore.....

Serunya Kolaborasi Five Minutes dengan SID di Palu

 http://www.centroone.com/assets/Uploads/_resampled/main2-five-minutes-editt.jpg
Palu - Ini sebuah kolaborasi unik. Grup band Five Minutes dan Superman Is Dead (SID) akan tampil satu panggung dan menghibur warga Kota Palu pada Sabtu (16/6) besok.

Panitia pelaksana pertunjukan, Ikbal Permana, Jumat (15/6), di Palu, mengatakan kedua grup band kenamaan itu akan tampil di Stadion Gawalise Kota Palu yang berkapasitas sekitar 20 ribu penonton. Tampilnya dua grup musik itu adalah bagian dari rangkaian tur 50 kota di Indonesia yang disponsori oleh sebuah produk rokok.

Ikbal mengatakan, apresiasi masyarakat di Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah ini tergolong bagus, sehingga layak untuk dilaksanakan konser musik oleh grup band kelas nasional. Ikbal berharap, situasi keamanan di Kota Palu tetap kondusif selama konser berlangsung. Dalam konser itu panitia akan mengerahkan sekitar 350 personel keamanan.

"Semoga Kota Palu bisa menjadi contoh sebagai daerah yang tertib selama konser musik berlangsung," kata Ikbal.

Sementara vokalis Five Minutes, Richie Setiawan, mengaku bangga dengan sambutan warga Palu - meski telah tiga kali melakukan konser di kota berpenduduk 310 ribu jiwa ini. Vokalis yang kerap mengenakan kaca mata hitam ini mengaku, akan tampil maksimal di hadapan fivers (sebutan penggemar Five Minutes, red) yang telah membeli tiket.

Ia mengaku, akan menyanyikan 8 - 9 lagu yang telah dipersiapkan. Semua lagu tersebut berasal dari 9 album yang telah ditelurkan oleh grup band asal Bandung, Jawa Barat, ini. Sementara, saat pelaksanaan jumpa pers, personel SID belum bisa hadir, karena belum tiba di Kota Palu.

"Pastinya, kita siap tampil sepanggung dengan Superman Is Dead," tandas Richie.
sumber : centroone.com
Readmore.....

Senin, 18 Juni 2012

Superman Is Dead Menggodok "Cinta dan Perjuangan"

KOMPAS IMAGES/FIKRIA HIDAYAT
Supaerman Is Dead--JRX (drum), Bobby Kool (vokal dan gitar), dan Eka Rock (bas dan vokal)--sedang menjalani shooting Fanatik, acara musik Kompas di Layar Kaca, di Studio Orange, Jakarta, 22 Februari 2012 malam.

JAKARTA, KOMPAS.com -- Band rock asal Bali, Superman is Dead, sedang mempersiapkan album baru yang akan menjadi album kedelapan. Meski belum membocorkan konsep album baru itu, SID memberikan sebuah kata kunci, yaitu "cinta dan perjuangan".

"Kami sedang menggodok materi lagu untuk album baru, kira-kira temanya tentang cinta dan perjuangan yang dilihat dari sudut pandang yang belum biasa dipakai orang-orang," ujar Jerinx alias I Gede Ari Astina, penggebuk drum. Selain Jerinx, Superman is Dead (SID) diawaki Eka Rock (I Made Eka Arsana/bass), dan Bobby Kool (I Made Putra Budi Sartika/vokal dan gitar).

Jerinx mengungkapkan, lagu-lagu baru SID mungkin akan menimbulkan banyak penafsiran bagi pendengarnya. "Terserah saja, interpretasi orang kan bisa berbeda-beda. Mungkin nanti akan banyak salah tafsir," katanya.

Penggarapan album baru dilakukan SID di sela-sela jadwal tur yang padat. SID telah mengeluarkan album 1997-2009, yang berisi tembang SID yang beredar di rentang waktu tersebut. Album itu berbentuk piringan hitam.

Meski disibukkan dengan album baru dan tur keliling Jawa, SID selalu berusaha menyempatkan diri berkumpul dengan pengemarnya di beberapa kota. "Biasanya kalau ada waktu senggang di sebuah kota, kami akan bersepeda bersama atau bersih-bersih pantai," kata Jerinx. (SIE)
Sumber :
Kompas Cetak
Readmore.....

"Fanatik" Bikin SID Kaget sekaligus Puas

KOMPAS IMAGES/FIKRIA HIDAYAT
Supaerman Is Dead--JRX (drum), Bobby Kool (vokal dan gitar), dan Eka Rock (bas dan vokal)--sedang menjalani shooting Fanatik, acara musik Kompas di Layar Kaca, di Studio Orange, Jakarta, 22 Februari 2012 malam.

JAKARTA, KOMPAS.com -- Grup punk rock asal Bali, Superman Is Dead (SID), yang terdiri dari trio Boby Kool (vokal), Eka Rock (bas, vokal latar), dan Jerinx atau JRX (drum), akan tampil di program musik Fanatik yang ditayangkan Kompas di Layar Kaca pada Minggu (4/1/2012) pukul 20.00 WIB nanti.

Pada penampilan perdananya, SID mengaku kaget sekaligus puas dengan konsep yang disodorkan Fanatik. "Kami kaget dikasih song list sebanyak 17 lagu, tapi ini media yang bagus sekali bisa membuat kami puas dan penonton juga puas," kata Bobby usai shooting Fanatik di Studio Orange, Kompas di Layar Kaca, beberapa waktu lalu.

Dalam program musik yang berdurasi satu jam setengah itu, SID akan menyuguhkan lagu "Bukan Pahlawan" dan "All Angels Cry", yang sebelumnya jarang mereka sajikan saat tampil di program musik layar kaca. "Ada beberapa lagu yang enggak pernah kami nyanyikan di TV sebelumnya. Ini konsep yang bagus sekali," puji JRX.

Dengan tantangan tersebut, SID merasa bersemangat untuk berlatih menyanyikan lagu-lagu yang jarang mereka nyanyikan. "Kami jadi semangat untuk menyanyikan lagu-lagu ini karena kami jarang latihan untuk lagu-lagu tersebut. Ini tantangan," ujar Eka.

Selain akan menampilkan lagu-lagu "Kuta Rock City", "Saint of My Life", "Menuju Temaram", "Bad Bad Bad", "Speech", "Aku Anak Indonesia", "TV Brain", hingga "Jika Kami Bersama", SID juga menyiapkan lagu "Air Mata Api" milik vokalis legendaris Iwan Fals.

"Air Mata Api" sengaja dipilih Bobby dan kawan-kawan karena lagu tersebut dianggap memiliki semangat yang sama dengan tema musik cadas yang disuguhkan SID selama ini. "Lagu 'Air Mata Api' itu lebih outsider, bercerita tentang orang yang terkucilkan, mencoba mengubah sesuatu tapi dikucilkan. Jadi temanya satu napas dengan SID," kata Eka.
sumber : kompas.com
Readmore.....

Berita Foto: Aksi Superman Is Dead di Jakarta Fair

KOMPAS.com/VITALIS YOGI TRISNA
Bobby Kool, vokalis Superman Is Dead (SID) tampil pada Jakarta Fair 2012 di Arena JiExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (15/6/2012). Band asal Bali ini ikut meramaikan konser musik Jakarta Fair 2012 yang dijadwalkan berlangsung selama 32 hari.

JAKARTA, KOMPAS.com — Musik beraliran punk rock menghentak panggung Jakarta Fair 2012, Arena JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (15/6/2012). Band Superman Is Dead (SID) benar-benar menggetarkan Kemayoran. Seperti biasa, penampilan mereka selalu dihadiri oleh ribuan penggemarnya. Mereka menamakan dirinya outSIDers untuk pria dan Lady Rose bagi wanita.

Bobby dkk membuka aksinya dengan lagu "Luka Indonesia". Total mereka menampilkan 13 lagu. Mereka juga sempat mengajak penonton untuk melantunkan lagu "Satu Nusa Satu Bangsa", yang merupakan salah satu lagu nasional.

Mereka seolah tiada lelah menjelajahi panggung dan berinteraksi dengan penonton, seperti saat mereka mengajak naik seorang penonton untuk bernyanyi bersama. Band asal Bali ini menutup aksinya dengan membawakan lagu "Kemesraan" yang dipopulerkan Iwan Fals yang di-medley dengan lagu mereka "Jika Kami Bersama".

Konser musik di perhelatan Jakarta Fair sendiri akan dimeriahkan oleh 260 grup band dari berbagai aliran musik, antara lain Slank, Iwan Fals, dan Wali. Sementara untuk Sabtu (16/6/2012) menjadi giliran bagi Ari Lasso menampilkan aksinya.

Jakarta Fair merupakan event tahunan dalam rangka menyambut ulang tahun Jakarta. Kegiatan ini akan berlangsung dari tanggal 14 Juni sampai 15 Juli 2012. Selain konser musik, acara ini juga menggelar sekitar 2.650 anjungan yang banyak menawarkan promosi-promosi. Harga tiket masuknya yaitu Rp 20.000 untuk hari Senin sampai Jumat, sementara Sabtu dan Minggu sebesar Rp 25.000.
sumber : kompas.com
Readmore.....

Penonton Ari Lasso Tak Seramai Superman Is Dead

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA  - Pengunjung Pekan Raya Jakarta (PRJ) terlihat memadati Konser Musik Jiexpo 2012. Rupanya mereka menunggui kehadiran Ari Lasso yang akan tampil panggung  Sabtu (16/6/2012) malam.
Malam ini arena PRJ di Kemayoran Jakarta akan dimeriahkan oleh sejumlah artis. Selain  Ari Lasso, ada Drew, Shakaila dan Shelonia. Acara ini dijadwalkan akan dimulai  dari pukul 19:30 WIB sampai dengan selesai.

Masih banyak kah fans mantan vokalis Dewa 19 ini? Ahmad penjaga panggung konser mengtakan dari pantauannya antrian malam ini tidak lah separah antrian grup musik Superman Is Dead (SID), yang tampil Jumat (15/6/2012).
"Gak serame SID kalo waktu itu emang jebol pagarnya, semuanya tumpah semua disini," jelasnya kepada Tribun (16/04/2012)
Ia juga mewaspadai kedatangan sejumlah aktris seperti Iwan Fals yang rencananya akan tampil pada 18 Juni 2012.
"Kalau Iwan Fals main sudah pasti bakal penuh nih," ujarnya.
sumber ; TRIBUNNEWS.COM
Readmore.....

Kamis, 14 Juni 2012

jangan terulang kembali


masih teringat di dalam ingatan kita waktu SID manggung di PRJ yang waktu itu sepanggung dengan Pee wee gaskins,,saat PWG naik panggung disambut oleh cacian makian dan hujatan,entah pemikiran dari mana atau ide dari mana saat itu begitu bencinya penonton terhadap PWG,,saat itu JRX berpesan, "...Kalian terserah berteriak atau mengacungkan jari apapun, tapi tolong jangan melempar sesuatu. Properti band kesayangan kalian juga bisa jadi korban. Hargai band mereka, biarkan mereka menjadi diri mereka sendiri. Menjadi diri sendiri itu tidak mudah, dan usaha itu harus kita hargai..."


mudah - mudahan tidak terulang lagi saat SID manggung di PRJ tanggal 15 juni nanti,,

ingat lagi pesan Superman Is Dead, band yang kita banggakan bersama. Jangan bermusik dengan fasisme. Jangan buang-buang energi dengan membenci. Ayo bangun dunia di dalam perbedaan. Bhinneka Tunggal Ikka, in rock n roll ways! Resapi apa lirik yang kalian teriakkan, dan kalian akan tahu bahwa SID itu liar bagai kuda gila, nasionalis bagai burung garuda, dan cinta kedamaian bagai Mahatma Gandhi!

Readmore.....

Superman Is Dead in PRJ

Bobby Kool - Eka Rock – JRX.
Tiga  orang sukses nan ramah yang begitu populer di mata, hati dan telinga kurang lebih 10.000 outsiders  di panggung utama Pekan Raya Jakarta (16/06).

SID membawa energi.
Keseluruhan paket yang kemudian pada titik tertentu  dapat menawarkan sebuah identitas. Dari mulai musik, lirik dan fisik.   Musik punk rock yang dibawakan mempunyai karakter kuat dengan dipadu dengan unsur rock n'roll atau dikenal dengan istilah Rockabilly dan jenis musik ini yang semakin hari semakin digandrungi oleh band-band Indonesia sekarang ini.
Lirik lagu dari band asal Bali ini, mempunyai nilai persuasi yang tinggi. Tema-tema sosial seperti lagu berjudul “outsider”  yang dibawakan malam itu. Lagu yang mengajak sekaligus membuat citra akan sesuatu, yaitu outsiders itu sendiri. Bahwa jadilah seorang outsiders, seorang yang berani di luar sistem untuk melakukan pembaharuan.

Kemudian yang menarik adalah bahwa Superman Is Dead turut mencitrakan Outsiders sebagai fans resmi band ini. Maka yang terjadi adalah ketika mereka ingin dianggap sebagai seorang yang berani untuk berada di luar sistem tersebut, menjadi fans dari band ini adalah cara yang mudah dan menyenangkan.

Tampilan SID sendiri yang mencerminkan kebebasan berekspresi, dimana malam itu tersaji si Jerinx dengan memakai kostum setelan formal tapi tanpa lengan dan bertatoo pula, merupakan daya tarik khususnya bagi anak-anak muda.

Adalah yang sangat luar biasa tentang bagaimana SID menjalani karier bermusiknya ini. Band ini sudah menjadi besar dan akan lebih besar lagi dengan konsep yang dimilki. Baik konsep secara musikalitasnya maupun konsep mengenai idealismenya.

Celakanya, pada level tertentu, penguatan identitas itu dapat mengakibatkan pelemahan untuk berpikir secara luas.
Keberadaan sebuah identitas tersebut yang justru dapat menjadi pemicu sentrisme bahkan sentimentisme. Seperti apa yang terjadi malam itu, sebelum SID naik ke atas panggung, Pee Wee Gaskin diatas panggung dilempari dan dicemooh oleh sebagaian besar penonton yang hadir. Alasan kebencian penonton akan Pee Wee Gaskin pun masih simpang siur. Dari wacana arogansi sampai dendam pribadi.

Apapun itu, bahwa yang terjadi di panggung utama PRJ malam itu, nilai sebuah kesolidaritasan tersaji tepat di depan mata ribuan penonton. Dalam lemparan-lemparan yang masih berluncuran, ketiga personel SID datang untuk membantu menenangkan penonton. Penonton yang hampir bisa dikatakan semuanya yang hadir adalah fans SID (selain dari Jabodetabek ada juga outsiders dari Jawa Barat dan Cirebon yang hadir). Dan penonton dapat ditenangkan, benda-benda pun semakin jarang berterbangan dan tampak SID memberi semangat kepada Pee Wee Gaskin untuk tetap melanjutkan.
Terjebak dalam Identitasoutsider
Sekilas,  identitas mempunyai arti yang penting bagi seseorang. Dan seketika kita mengasosiasikan identitas dalam bentuk kartu pengenal atau sebagainya maka itulah rumusan paling sederhana mengenai identitas.
Atau kita bisa lebih memperuncing masalah ini dengan kata eksistensi. Menunjukkan eksistensi di kalangan muda adalah primadona. Sebuah situasi yang didambakan ketika eksistensi itu benar-benar diakui.
Tapi sering kali masyarakat terjebak dalam situasi dalam pengertiannya untuk menunjukkan eksistensi.

Apa yang terjadi di panggung utama Pekan Raya Jakarta dimana saat itu Pee Wee Gaskin ditimpuki, adalah bukti bahwa pengkultusan identitas itu sendiri mematikan ruang berpikir bahkan mematikan hati.

Lalu apakah band patut dipersalahkan mengenai pengkultusan identitas tersebut ???
Setiap band mempunyai cara tersendiri untuk dapat diterima di masyarakat. Konsep yang ditawarkan SID sebenarnya sangat sederhana. Bahwa mereka ingin menjalin sebuah sinergi atas dasar refleksi tentang keadaan bangsa sekarang ini. Dan apa yang tersaji dalam tema-tema lagunya kebanyakan juga tentang situasi sosial yang secara keseluruhan bersifat konstruktif. Tidak sekedar marah-marah dan frustasi akan suatu kondisi tapi juga mereka mengajak masyarakat khususnya anak muda untuk selalu proaktif  dalam berkarya dan melakukan sesuatu untuk menuju ke sesuatu yang baru dan lebih baik. Ditambah dengan tampilan dan aksi panggung mereka yang eksplosive, maka masyarakat sebenarnya sudah coba diagresikan secara gamblang.
Layaknya sajian di meja makan besar dengan lampu terang. Tidak sampai hanya itu , mereka menyajikannya juga dengan lantunan musik yang mudah ditangkap telinga.

pee_wee_gaskinYang terjadi adalah, masyarakat kita masih suka bergosip salah satunya lewat cekokan televisi melalui sinetron yang memandulkan segenap panca indera. Itu satu.
Kedua, konvergensi teknologi yang semakin tinggi menyebabkan arus informasi (gosip) tersebut merata tanpa sela.
Ketiga, kita sebagai masyarakat tentunya mempunyai pemimpin bangsa yang menjadi suri teladan. Dan apa yang di sauri tauladankan adalah poltik identitas.
Politik identitas yang mengukuhkan perbedaan identitas kolektif, seperti etnis, bahasa, agama, bahasa, dan bangsa, mengalami gelombang pasang. Dan yang keempat, bagaimana tingkat ekonomi rendah bangsa ini yang sering menjadi bara penyulut agresi.

Bahwa faktor yang mendasari sebenarnya sangat banyak. Hanya jika kita telaah satu persatu, khusunya untuk kaum muda yang notabene secara intensitas masih sangat tinggi dalam mengkonsumsi produk-produk budaya lewat media-media baik itu cetak maupun elektronik, integrasi identitas menjadi point krusial dalam hal ini. Bahwa anak-anak muda masih mudah silau dengan sajian-sajian kultur popular.
Apa yang dilihat itulah kebenaran. Dan kebenaran yang mereka lihat bersifat mutlak tanpa memberi ruang berinteraksi dengan perbedaan.

Kebenaran dijadikan identitas bahkan atribut. Mereka berjalan mengenakan atribut tersebut dan memandang sinis kepada setiap orang yang beratribut lain ketika berpapasan. Maka peran berbagai pihak sangat dibutuhkan. Karena hal ini tidak serta merta disemprot dan hilang begitu saja.

Maka “stop pembodohan lewat media khususnya televisi”,  dan budayakan musik sebagai usaha penyetaraan makna.
Dan  politik identitas yang digembor-gemborkan oleh pemimpin bangsa ini harus segera dilawan dengan semangat pondasi dasar negara ini sendiri...

dan kita masih punya Pancasila bukan?
Readmore.....

Mengenal lebih jauh Superman Is Dead

Di Indonesia kini banyak sekali grup band, dari yang beraliran melayu, pop, retro, alternative rock, sampai metal mewarnai musik Indonesia. namun fans grup band asal bali lah yang paling banyak dan kali ini saya akan memperkenalkan lebih jauh grup band yg bernama Superman Is Dead (disingkat SID) yang bermarkas di poppies lane II - kuta Bali. grup band ini terdiri dari 3 pemuda asal bali yaitu : Bobby kooL sebagai gitaris dan vokalis, Eka rock sebagai bassist dan backing vokal, dan Jerinx sebagai drummer.

 Pada awal mula kemunculan sekitar akhir tahun 1995, SID terpengaruh gaya musik dari band - band asing seperti Green Day dan NOFX . di kemudian hari inspirasi SID bergeser ke genre Punk 'n Roll a la grup musik Supersuckers, Living End, dan Sosial Distortion.
Penggemar Superman Is Dead disebut Outsiders untuk laki-laki dan Ladyrose untuk wanita.
Pada sejarahnya awal mula terbentuknya SID dimotori oleh anggota band heavy metal thunder yang bernama Ary Astina yang sering dipanggil Jerinx,yang ingin membentuk band baru, dan drummer band new wave punk diamond clash yang bernama Budi Sartika yang biasa dipangil Bobby kooL yang ingin menjadi gitaris dan vokalis.Jerinx dan Bobby bertemu di kuta Bali. dan mereka pun sepakat untuk membentuk sebuah band. pada saat itu bass masih diisi oleh additional bassist bernama ajuzt, band mereka awalnya hanya membawakan lagu-lagu Green Day.
Hari berganti hari datanglah personil baru yang bernama Eka Arsana yang biasa dipanggil Eka Rock, Eka menjadi resmi sebagai personil SID, dulu nama bandnya bukan Superman Is Dead tetapi Superman Is Silver Gun. kemudian karena nama Superman Is Silver Gun kurang cocok bergantilah menjadi Superman Is Dead atau SID. Superman Is Dead mempunyai arti bahwa manusia yang sempurna hanyalah ilusi belaka dan imajinasi manusia tidak akan pernah ada.
Seiring berjalannya waktu SID pun merilis album perdana yang berjudul Kuta Rock City pada maret 2003 dibawah label Sony Music Indonesia. dengan single-single andalannya yaitu punk hari ini dan kuta rock city yang kental dengan pengaruh Green Day dan NOFX langsung membuat nama SID disejajarkan dengan band-band rock. sampai sejauh ini Superman Is Dead telah membuat 4 album yaitu : Kuta Rock City (2003), The Hangover Decade (2004), Black Market Love (2006), dan Angel And Outsiders (2009).
Album keempat ini menuai keberhasilan, salah satunya adalah SID diundang ke Warped Tour Festival di Amerika Serikat dan melaksanakan tour dibeberapa kota di USA. Ini merupakan keberhasilan SID karena merupakan satu-satunya band Indonesia dan band kedua di Asia yang dipanggil ke Warped Tour walaupun album mereka tidak dirilis di USA.
Walaupun nama SID kini meredup karena banyaknya band-band baru yang umumnya beraliran pop dan melayu namun SID tetap bersinar dikancah international dan Fans SID yang bernama outSIDers n Ladyrose pun selalu setia dengan SID.
Readmore.....

Jumat, 08 Juni 2012

Soal Lagu "Porno", Ini Kata Superman Is Dead

Superman Is Dead (Foto: Maria Cicilia Galuh/okezone)
Superman Is Dead
JAKARTA - Menurut pemain bass Superman Is Dead (SID) Eka Rock seniman harus bebas bersekpresi. Pendapatnya ini berkaitan dengan yang belakangan ini Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang sedang melakukan peneguran beberapa artis dangdut karena lirik lagunya dianggap "porno".

Sebagai band pengusung musik bergenre punk rock, Eka menyatakan bahwa seniman tidak perlu untuk takut dalam berkarya.

"Untuk apa kita berkesenian ada ketakutan? kalo itu yakin kenapa harus takut, lakuin aja," ucapnya ketika ditemui di Cilandak Town Squre, Jakarta Selatan, Jum'at (2/3/2012).

Menurut Eka setiap orang mempunyai cara dalam mengekspresikan diri dalam berkesenian, dan seniman sangat sah untuk melakukan hal yang ingin dilakukan.

"Itu cara berekpresi orang itu sendiri, agar terlihat beda dan tidak sama, sebenernya itu sah-sah saja tergantung masyarakat menerimanya seperti apa," tutupnya.

Ada sepuluh judul lagu yang dianggap Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Nusa Tenggara Barat (NTB) bermasalah, yakni Jupe Paling Suka "69" (Julia Perez), Mobil Bergoyang (Lia MJ feat Asep Rumpi), Apa Aja Boleh (Della Puspita), Hamil Duluan (Tuty Wibowo), Maaf Kamu Hamil Duluan (Ageng Kiwi), Satu Jam Saja (Saskia), Mucikari Cinta (Rimba Mustika), Melanggar Hukum (Mozza Kirana), Wanita Lubang Buaya (Minawati Dewi) dan Ada Yang Panjang (Rya Sakila).
Readmore.....

SUPERMAN IS DEAD: Merchandise-nya Diserbu Fans


BANDUNG (bisnis-jabar.com): Ratusan punkers asal Bandung menyerbu Superman Is Dead Official Merchandise (SID OM).
Serbuan itu bukan untuk unjuk rasa atau berdemonstrasi, tapi mereka memburu produk-produk yang dijual oleh SID OM pada perhelatan Surya Pro Mild Tour 2012 di lapangan Yon Zipur Bandung.
Yoga Sanjaya, fans SID asal Bandung, mengatakan dirinya senang sekali membeli merchandise yang dijual tersebut.
“Saya beli merchandise ini seharga Rp110.000. Murah banget, tadinya sih Rp120.000, cuma saya dapat diskon,” katanya Sabtu 2 Juni 2012.
Beberapa produk yang dijual SID OM alL kaus, stiker, gesper, gelang, DVD konser, dan lain-lain. Pihak SID OM menjual seluruh merchandisenya dengan diskon 10%.
Andre, salah satu Pengelola SID OM, berharap mampu menjual merchandise sebanyak-banyaknya.
SID sendiri tadi malam  ini akan tampil bareng V-Minutes dengan membawakan beberapa lagu andalannya seperti Kuta Rock City dan Jika Kami Bersama.
Readmore.....

Kisah Tato-tato di Tubuh Jerinx "SID"


JAKARTA, KOMPAS.com - Jerinx, penggebuk drum Superman Is Dead (SID), menyimpan filosofi di balik tato-tato yang melekat di tubuhnya. Sadar bahwa tato merupakan sesuatu yang krusial, Jerinx tak mau asal menaruh gambar tanpa makna dan nilai apa-apa. "Tato itu bakal saya bawa sampai mati. Jadi, harus punya makna yang dalam," ujar Jerinx saat ditemui di Jakarta Barat, baru-baru ini.
Karenanya, Jerinx memilih motif tato yang dianggapnya punya nilai dan makna yang dalam. Tato bertuliskan "Grand Mom", misalnya, ia toreh ditubuhnya untuk mendedikasikannya kepada sang nenek.  "Nenek saya meninggal pas ulang tahun saya, sembilan tahun yang lalu, di bulan Februari," cerita Jerinx sambil menunjukkan tato di lengan sebelah kanannya.
Terus yang lainnya?  "Yang ini adalah judul lagu country yang dibawakan lagi sama Social Distortion yang liriknya bagus banget dan menyentuh banget bagi saya. Dan, yang ini adalah buat seseorang yang sangat spesial bagi saya, Lady Rose. Saya dedikasikan buat dia," katanya.  "Lalu ada naga karena shio saya naga," tambahnya, seraya mengatakan  bahwa tato-tato itu merupakan karya seniman-seniman  tato luar dan dalam negeri.
Bahkan, Jerinx juga mengabadikan runtuhnya menara kembar WTC dalam tubuhnya. "Yang ini saya buat pas 9/11. Waktu New York dihancurkan, saya langsung bikin tato ini, karena dunia saya pikir tidak sama lagi dan ternyata dunia benar-benar berubah. Setelah itu mulai ada bom Bali dan teroris," kata Jerinx.
Melongok ke belakang, Jerinx mengaku mendapatkan tato pertamanya sejak kelas dua SMA. "Waktu itu saya baru punya band. Jadi, saya terinspirasi tato tribal-nya Anthony 'Red Hot Chili Peppers'," kenang Jerinx. "Emang waktu itu saya belum terlalu paham dengan konsep tato seperti apa, tapi saya hanya berpikir ini keren saja," sambungnya.
Pilihan tato pertamanya itu, menurut Jerinx, hanya sebatas pengin keren-kerenan saja. "Waktu itu memang lagi tren tribal. Karena belum ada internet, referensi saya dari TV sama majalah-majalah yang saya dapat di jalan. Waktu itu, cukup susah dapatin majalah luar. Akhirnya, saya baru sadar kalau tato ternyata banyak konsepnya, ada yang old school segala macam," ujarnya.
Ngomong-ngomong, apa masih berniat membuat tato baru lagi di tubuhnya? "Saya bakal tato sebuah mesin motor di perut saya. Di Sanur, ada artis tato. Namanya Kaga, yang spesialis tato black and grey. Jadi, saya rasa, kalau di perut saya ditato mesin motor itu bakal keren hasilnya," tutup Jerinx.
Readmore.....

Kamis, 07 Juni 2012

Superman Is Dead - Muka Tebal.flv

Readmore.....

Superman Is Dead - Bukan Pahlawan

Readmore.....

Superman Is Dead Goodbye Whiskey + Lyrics

Readmore.....

Superman Is Dead - Lady Rose

Readmore.....

Superman Is Dead - Saint Of My Life

Readmore.....

Superman Is Dead - Jika Kami Bersama

Readmore.....

Superman Is Dead - Kuat Kita Bersinar

Readmore.....

Rabu, 06 Juni 2012

SID Archieve News 1

Sony Music Indonesia makin melebarkan sayap. Ladang rock menjadi pasaran utama yang dibidik. Setelah /rif, Edane, Boomerang dan Rebek, kini salah satu perusahaan rekaman besar di Tanah Air ini menggaet rombongan pengusung punk rock asal Bali, Superman Is Dead (SID).

Maret 2003, mereka menandatangani kontrak rekaman dengan Sony. Dan dalam waktu yang cukup singkat, tepatnya awal Mei lalu, album SID yang berjudul Kuta Rock City sudah dirilis dengan menyodorkan materi lagu yang liriknya 70% berbahasa Inggris.

Siapa SID dan apa keisitimewaan mereka? Untuk kalangan underground, SID bukan lagi nama yang asing. Di Kuta, Bali, tempat mereka memulai semuanya, SID merupakan band lokal yang mampu mendominasi selera bule-bule (baca: turis mancanegara). Mereka bisa manggung di kafe dan pub dengan mengusung lagu-lagu sendiri.

Selanjutnya, popularitas SID seolah berjalan di atas tol. Bebas hambatan. Lagu-lagu ciptaan mereka yang berkumandang di radio-radio lokal dengan cepat menyebar. Tidak cuma di Bali. Tapi menjalar hingga ke Jawa dan bahkan juga gencar diperdengarkan di radio-radio di Australia, Jepang, Swedia dan Skandinavia.

Tapi, langkah fenomenal SID bisa dibilang berawal pada Agustus 2002 lalu. Saat itu, mereka mendapat kehormatan menjadi band pembuka konser grup rock asal Amerika, Hoobastank di Hard Rock Hotel, Kuta, Bali. Sejak itu, nama SID terngiang di mana-mana. Orderan manggung laris dan wajah mereka lantas banyak menghiasi halaman majalah remaja.

SID mengawali karirnya sekitar tahun 1995. Bobby Cool (vokal, gitar), Eka Rock (bas, vokal latar) dan Jerinx (dram), sejak awal, langsung mematok musik SID di jalur punk, yang banyak dipengaruhi band-band macam Greenday hingga NOFX. Seiring beringsutnya waktu, inspirasi musikal SID bergeser ke genre punk ‘n roll ala Supersuckers, Living End dan Social Distortion.

Nama Superman Is Dead sendiri mencuat setelah mereka mendengar lagu milik Stone Temple Pilot yang bertitel Superman Silvergun. Namun karena dianggap miskin konotasi, mereka pun mengubahnya menjadi Superman Is Dead. Yang dengan seenaknya diartikan: tak ada manusia yang sempurna.

Dengan konsep punk frontal yang menonjolkan 3-Chordsabilly Punk Rock. Atau arti yang lebih sederhana: tiga jurus khas punk rock, SID lantas memulai menjual lagu sendiri lewat jalur rekaman independen. Untuk wilayah Bali, SID merilis tiga album indie berformat mini album, yakni Case 15 (1995), Superman Is Dead (1999) dan Bad Bad Bad (Maret 2002).

Selanjutnya, untuk melebarkan sayap, SID bekerjasama dengan Spills Records, sebuah label independen asal Bandung, pada awal 2003 lalu. Label ini kemudian merilis ulang Bad Bad Bad dalam bentuk kaset single yang hanya memuat empat lagu. (aug/*)
`---Taken from MusikMu.com----
Readmore.....

TENTANG SID

Bermarkas di Kuta Rock City. Beranggotakan 3 pemuda asal Bali berusia 20-an, baik hati, bijak bestari, tepo seliro, dan jarang sembahyang, yaitu:
-Bobby Cool (beer drinker, lead vocal, guitar, well-known as "The Bastard Child of Fat Mike" since his voice sounds pretty similar with that NOFX frontman)
-Eka Rock (beer drinker, bass, baacking vocal, warm smilinÂ’ Rock Â’N Roll bandman)
-Jerinx (hairwax junkie, drum, beeer drinkinÂ’ Rock'N Roll prince charming)

Nama tendensius Superman Is Dead (SID) dicomot dari Stone Temple Pilot’s “Superman Silvergun”. Namun karena dianggap miskin konotasi, zonder rasa bersalah secara sewenang-wenang nama tersebut lalu diganti menjadi “Superman Is Dead” – yang seenak udelnya dimaknai sebagai: tak ada manusia yang sempurna.


Pada mula kemunculan, akhir 95, SID pekat teracuni warna Green Day & NOFX. Seiring beringsutnya waktu, inspirasi musikal SID bergeser ke genre Punk 'N Roll a la Supersuckers, Living End & Social Distortion.

Imej yang frontal hendak ditonjolkan oleh SID ke publik, self-described as: “Blitzkrieg 3-chordsabilly Beer Punk Rock” (think raw energy of Ramones vs Living End meets Supersuckers + Sid Vicious’ nihilism yet supersonicaly fueled with beer-soaked Rockabilly attitude… Ribet, kan? Horeee…)

SID sendiri telah menerbitkan 3 indie album (Case 15 - thn 95; Superman Is Dead - thn 99; Bad, Bad, Bad - Maret 2002, berformat mini album – berisikan 6 lagu). Menuju pelebaran skala wilayah pencapaian publik, fajar 2003 SID – bekerjasama dengan Spills Record – merilis ulang “Bad, Bad, Bad” dalam bentuk single (4 lagu). Maret 2003, SID menandatangani kontrak dengan Sony Music Indonesia. Yang oh mengejutkan, Sony Music berbesar hati mempersilakan SID riang gembira terus bernyanyi dalam lirik mayoritas berbahasa Inggris. Tepatnya 70% Inggris, 30% Indonesia. Wow. Sony Music nekat (namun terukur)? Atau beranggapan sudah saatnya menancapkan jejak monumental? Atau semata capek/males/bosen/ngantuk dibombardir ewuh pakewuh etos adiluhung Punk Rock oleh kontingen big badass Balinese beer band bernama SID? Whoa... (Hey, whatever it is, the history of Indonesian Punk Rock has just begun. And miracles are real, mind you)

Kilas balik, pra-tragedi bom SID agresif diundang berkiprah di kafe-kafe internasional di seantero Kuta yang mana SID dipersilakan memuntahkan gubahan sendiri (baca: bukan sebagai cover band). Esensial dicatat, untuk skala lokal hal ini belum pernah terjadi sebelumnya di Bali. Di masa silam, legiun band yang beraksi di pub-pub di Kuta hanya diijinkan mengusung ciptaan orang lain an sich.
Popularitas SID perlahan kian menjulang ketika satu demi satu tembang SID – yang dominan berlirik Inggris – ultra frekuentif diputar di radio-radio lokal berpengaruh ya di Bali ya (melebar) ke Jawa >dus, percaya atau tidak, lagu-lagu SID malah telah gencar juga diperdengarkan di radio-radio di Australia, Swedia dan jazirah Skandinavia lainnya.

Langkah fenomenal SID bisa disebut dimulai pada Agustus 2002 saat menjadi band pembuka Hoobastank di Hard Rock Hotel, Kuta, Bali. Kemudian tengah September ‘02 SID duhai mencengangkan sukses mengobrak-abrik Senayan di acara Puma Street Games. Berlanjut Desember 02 SID digjaya meluluhlantakkan PL Fair. Berikutnya diwawancara oleh MTV Sky, M97 FM, Prambors, dsb, serta masif diekspos oleh hampir seluruh majalah remaja populer nasional. Di Hai edisi tahunan 2002-2003 – bersama Rocket Rockers – SID dimunculkan sebagai The Next Big Thing. Pun oleh MTV Trax SID dinobatkan sebagai band potensial 2003.

Epos Punk Rock paling mutakhir, SID telah merampungkan proses rekaman bersama Sony Music dengan judul album “Kuta Rock City” dan hingga minggu ke-3, um, telah terjual puluhan ribu kopi. Oh, coba juga beli majalah Time (Asia) edisi pertengahan Juni, SID disebut juga di situ. Gak banyak sih, tapi lumayanlah buat diceritain ke anak cucu: “Biar gini-gini bokap lu dulu Rock Star lho…” Kebanggaan domestik yang cukup untuk membuktikan bahwa kita ada di dunia tak sekadar jadi aksesori doang… Whoa!

Juni 2003
Dikisahkan secara bersemangat dan penuh gairah narcissism oleh Rudolf Dethu
(Serta—terima kasih Tuhan—sama sekali nihil pengaruh alkohol)
SUMBER : SUPERMANISDEAD.NET
Superman Is Dead on Facebook
Readmore.....

SID Archieve

Nama tendensius Superman Is Dead (SID) dicomot dari Stone Temple Pilot’s “Superman Silvergun”. Namun karena dianggap miskin konotasi, zonder rasa bersalah secara sewenang-wenang nama tersebut lalu diganti menjadi “Superman Is Dead” – yang seenak udelnya dimaknai sebagai: tak ada manusia yang sempurna. Interview with indocampus.com

``Nama asli kalian siapa aja?
Maaf, jika boleh tahu, Anda dari Departemen Sosial urusan Cacah Jiwa? He he...

-Nama Superman Is Dead diambil dari mana?
See attachment.

-Album Kuta Rock City udah kejual berapa copies as of today?
2 minggu lalu (kira-kira sebulan setelah dirilis) sih udah 40 ribu lebih.

-Kenapa judul albumnya Kuta Rock City and I thought rock city di Indonesia should be Surabaya, correct?
Dude, you may call your city/area/region/suburb, whatever you want. Surabaya Rock City, boleh. Kuta Punk Rock Suburbia, monggo. Denpasar Drum 'N Bass District, go ahead. Um, ...remember a group named "Cikini Stones Complex"? Or Agus Sasongko's "The Future Sound Of Pejaten"? Or here in Denpasar, back in the day there was a collective called "Suranadhi Stray Cats Complex" (which located in, yup, Hotel Suranadhi).
Nah, jika menyimak nama-nama tadi belum tentu dong, sbb:
*Cikini Stones Complex = Seluruh penghuni komplek Cikini adalah penggemar Rolling Stones
*The Future Sound Of Pejaten = Each and one of Pejaten's resident expects the music of the future is Electronica
*Suranadhi Stray Cats Complex = Hanya loyalis Stray Cats aja yang dipersilakan menginap di Hotel Suranadhi
It's like that? It really is not.

-Ada inspirasi dari judul lagunya KISS "Detroit Rock City" perhaps?
Maybe subconciously we inspired by that. Not pretty sure. Ceritanya waktu kita lagi pada bingung mikirin judul album, tiba-tiba aja kita liat ada tulisan "Kuta Rock City" di rolling door studio tempat kita latihan, and Dethu, the manager, came up with the idea: "Dude, why don't we just use that as the album tittle?". Tulisan tersebut udah ada di itu rolling door for quite long--pyloxed by Jerinx--and it was inspired by the rock'n roll lifestyle yang ada di Kuta. That's all.

-How many tattoos does each one of you have?
Jerinx and Eka have tattoos. Bobby does not. Let's not talk about our tattoos. What matters within us is music (Punk Rock, in this context).

-Di mana sih tempat langganan kalian di Bali untuk bikin tattoo? And whos the tattoo artist?
Namanya Alit, praktek di Denpasar. He's a great tattoo artist. Also try Liong. He's amazing, too. We can give you their cell numbers if you really need it.

-What is your favorite brand of beer?
Bintang. Then. Now. Forever.
(Oh well, if there's no Bintang, apa aja dihajar kok, even Vodka sub-standar buatan Bogor he he... But Bintang always the 1st choice, mind you)

-Where do you guys usually hang out di Bali?
Twice Tape & CD Shop, Poppies Lane 2, Kuta.

-Name 5 cool bars that you guys recommend untuk visitors yang mau datang ke Bali
1. The Backyard Lounge - Poppies Lane 2, Kuta
2. Cafe Del Mar - Jl. Dhyana Pura, Seminyak
3. Santa Fe - Jl. Dhyana Pura, Seminyak
4. Starbucks - Jl. Pantai Kuta
5. Any Circle K in Bali (hangout in front of it, and drink beers with your buddies)

-I heard Jerinx punya bar di Bali, nama barnya apa dan ada makanan/minuman specialty-nya? Wheres the location?
Yup, The Backyard Lounge "Rock 'N Roll Rebel Rendesvouz", located right in the back of Twice building. Cheap booze. Loud music. Attitude. And no rules.

-What does this sentence mean: "Punk rock is about being 18 and saying NO"
Seberapapun usia kamu, setua apa pun kamu, jiwa kamu adalah tetap kayak anak muda berusia 18 tahun dan terus berkata tidak (untuk menjadi sosok conformist)--khas pemberontakan anak muda. Semacam gitu deh. Susah emang kalo diterjemahin harfiah banget... Basically is about rebellion, to make it simple.

-Selain menulis lirik dalam bahasa Indonesia, ada tawaran2 lain untuk kompromi dari Pak Jan Djuhana before you guys signed the contract?
Ya kita cuma mau di tiap album SID isinya 70% lirik Inggris, 30% Indonesia. Intervensi artistik oleh Sony ditekan hingga hampir nihil--dan Sony menyanggupi. Selebihnya? Kayaknya gak ada deh.

-On the back cover of your CD ada mobil klasik dengan license DK 476 AH, and whose car is that? Lokasi pemotretan dengan mobil itu ada di mana?
It's '65 Chevy Impala. Jerinx owns it. The photo was taken in Serangan, around 15 minutes drive from Denpasar.

-What do you think of these bands
a) NOFX:
Tuhan. Suri tauladan
b) Ramones:
Tuhan. Punk Rock is about having a good time
c) Rancid:
Tuhan. Patut digugu dan ditiru
d) Tipe X:
No comment
e) Green Day:
Tuhan. Salah satu inspirator besar SID
f) Koil:
Jenius di bidangnya. Also SID's pretty close friends
g) Social Distortion
Social D = TUHAN
Social D = AGAMA
Social D = KITAB SUCI
Mike Ness = Duta Besar Rock 'N Roll Luar Biasa & Berkuasa Penuh.
h) Dead Kennedys
(Sebenarnya) mereka Tuhan, tapi gak sejalan dengan perspektif berkesenian SID sebab--utamanya Jello Biafra--terlalu sibuk berpolitik (and he's a real loud mouth, talking way too much) sementara SID miskin minat pada politik. However, we have to admit DK is an influential band for those who's into politico-punk. Big time.
i) Suicidal Tendencies
This is what real Hardcore Punk is about...
j) Jun Fan Gung Foo
No comment

-Name 5 CDs that you guys recently purchased
AFI "Sing The Sorrow"
The Ataris "So Long, Astoria"
Everclear (lupa, judulnya panjang but it's not the new one)
Dee Dee Ramone (ugh, forgot the title also)
The Donnas "Spend The Night"

-Remember Volcom Skate Jam-O-Rama this year, and you guys shared the stage with Rocket Rockers from Bandung, what do you think of that Band?
They are warm-hearted collective. Nice people. Ucay is quite close friend of us

-What was it like jadi band pembuka Hoobastank? Ada cerita lucu/seru waktu acara itu?
Sejujurnya biasa aja. Hoobastank are cool people tapi kita gak terlalu dengerin their stuff. Dan pada waktu itu cuma ada 1 drum dan stelannya gak boleh dirubah. It was kinda sucked but we kicked some ass, somehow... ha!

-What is a rockabilly?
Think modern-day cowboy
Think Rock 'N Roll revival
Think Punk Rock energy
Think Las Vegas
Think Elvis Presley meets Brian Setzer--soaked with "Fuck You Attitude"
Think poetry called "Boulevard of Broken Dreams, Two-tone Shoes, & Beer Overdosed"
Mix 'em all.

-Punya favorite websites yang sering dikunjungi?
www.punkrock.org

-Sebutkan beberapa album punk yang wajib dimiliki:
All albums from Social D, Rancid, AFI, Rocket From The Crypt and Ramones

-Any words of wisdom atau tips untuk band2 yang baru mau mulai eksis?
Ini klise namun signifikan: Be yourself. Be proud of it. And drink beers when you are in doubt.

-What do you think of indocampus.com?
Muda, bebas dan independen.

Superman Is Dead on Facebook
Readmore.....

SID Archieve news

Perjalanan membaca dari satu baris menuju baris berikutnya sangatlah tidak nyaman. Dikisahkan di sana, Superman Is Dead mendapatkan perlakuan`Jujur, gue males banget ngomentarin ketololan-ketololan para patriot punk yang berkelakuan fasis kayak gitu. Sangat mundurr...


Topik major label, pengkhiantan g 30 s pki, bla bla bla juga kontraproduktif. bukan sok naif, tapi sempetlah gue "berproses" kayak gitu sebelomnya. cuma kayaknya kok hal begituan belom tuntas aja di sebagian punk medan ama jogja. ini menurut gue, katakan kalo gue salah.

di jakarta sendiri, patriot punk penolak sid juga banyak banget dan gue tau pasti itu. beberapa godfather punk sini yg punya ribuan massa pengikut loyal juga sempet diskusi dengan gue masalah sid-sid-an ini. mereka ini udah puluhan tahun ngepunk di jalanan (1987+) dan sering banget direpresi aparat hanya karena menjadi seorang punk. waktu itu kita diskusi hot banget kayak film bokep. argumentasi pun tajam-tajam kayak gelang spike. tapi semuanya kelar sampe disitu.......mereka gak ambil pusing, asli gak ambil pusing......sid mo masuk major label, kek, sid dapet award, kek, sid manggung ditonton 40.000 orang, kek. bodo amat. mereka absen disitu.

sementara, di saat yang bersamaan dengan kejayaan sid, hidup mereka tetap keras di jalanan dan tetap beroperasi secara diy. mereka sadar dan mereka pun sangat waras kalo band mereka ain't going to be the
next big thing! band mereka tidak akan kemana-mana. dan ini adalah PILIHAN mereka. malah ada yang udah jadi JALAN HIDUP segala. buat gue inilah namanya KEDEWASAAN. respek bgt gue ama mereka. tetap setia
sampai akhir dalam keyakinan, tanpa harus repot-repot ngurusin sesuatu yang udah jadi PILIHAN orang laen adalah sikap elegan. intinya, mind your own fucking business ajalah!

lalu boikot pun bukan berarti datang ke konser sid untuk berkelakuan kayak preman. boikot 'yang baik dan benar' adalah dengan tidak datang ke konser sid! karena kalo datang, apalagi sampai berada di barisan
terdepan adalah FANS namanya. lho, lalu apa arti itu semua?

ternyata pemukulan, pelemparan, flying sources, eksibisi genital, kata-kata kotor adalah sebuah aksi dan bentuk apresiasi yang tergolong avant-garde belakangan ini. niscaya bakal menjadi trend sepuluh tahun lagi. kasus ini sama halnya ketika dunia tercengang-cengang melihat kebrutalan penonton di mosh pit sekitar dua puluh tahun yang lalu. nah, sekarang jadi hal yang lumrah, kan? bahkan pak warno, seorang polisi bogor pun bisa terkomentar "ah, itu mah tradisi mereka" waktu asyik santei ngejagain sebuah konser metal di sana tempo hari. ini bakal laen kalo konteksnya konser dangdut yang sangat tipikal itu....."pusing saya," katanya. mungkin demikianlah fenomenanya, sodara-sodara.

gue sendiri tahu sid sejak taon 96, sekitar setaon setelah mereka terbentuk. waktu itu gue nonton konser mereka langsung di bali dalam acara total uyut. moel, seorang scenester metal kugiran di sana dengan bangganya menceritakan band ini scr berapi-api ke gue. waktu itu masih meng-cover lagu orang (who didn't?) dengan dress-up yang...duh! even jerinx sendiri sempet tersipu-sipu waktu gue ceritain hal ini tempo hari. gue gak banyak komentar waktu itu ttg sid ini. dalam hati gue, lu bisa temuin puluhan atawa mungkin ratusan band yang kayak gini di jakarta dan bandung. ya, dalam situasi kayak gitu under-estimate kadang2 perlu.....

sementara kita di jawa sibuk dengan scene masing-masing. sid juga makin keras latian dan sibuk manggung sana-sini di seputaran bali. menurut dethu, malah sempet ditonton tiga orang doang. itu udah termasuk dia dan temen ceweknya yang jadi penggembira. jiing, berarti penonton aslinya cuma satu orang doang!

singkat kata, singkat cerita. gosip tentang sid makin mengganas di ibukota. mulai dari yang drummernya bule, konser di aussie, sampe manggung bareng nofx dan social distortion di bali, semuanya mampir di kuping gue. sial, sempet shock juga pas tau gosip ini ternyata makin menggila dan berubah menjadi mitos. u know myths.....even
seorang malin kundang aja bisa jadi batu. wiii, mengerikan! tapi begitulah adanya. band ini awalnya (buat anak-anak di jakarta atau mungkin bagian lain pulau jawa) memang diBESARkan oleh mitos! makanya jangan heran kalo ada gosip mereka rasis apalagi pernah sesumbar FUCK JAVANESE, itu cuma MITOS!

di laen sisi, kehebatan sid dalam mengolah mitos menjadi sesuatu yang berimplikasi positif bagi band juga mesti diacungin jempol. mungkin mereka scr gak sengaja mengimplementasikan mitos organizing atau bisa jadi mereka (dethu exactly) sangat aware dengan teori-teori propaganda ala goebbels? who knows?

yang pasti, invasi yang dilakukan sid di ibukota udah berhasil. karena sebelumnya, band bali mana selain eternal madness yang bisa dikenal disini? dan itu pun masih terbatas di kalangan metalheads doang. who's putting bali on the map? siapa yang memicu a&r label-label rekaman major sini jadi pada bergenit-genit ria dengan band-band bali? hahaha.....

gue gak suka kuta rock city (stupid major label record, very poor on mixing), gue juga benci banget ngeliat mereka tiap kali manggung jelek. tapi gue suka band ini. mereka udah bekerja keras banget untuk bisa mencapai ini semua. ini mesti dihargai.

gue juga sangat yakin mereka udah paham semua konsekuensi dari menceburkan diri ke dalam industri. industri yang melakukan fabrikasi "melodic/pop punk" seperti saat ini. cuma ada satu hal mengganjal, apakah semua ini akan menjadi "trend ska" selanjutnya atau gimana?

jika ya, well, bersenang-senanglah, guys....your fifteen minutes of fame, maybe couldn't last forever!


prove you right, prove 'em wrong......

inhale/exhale, wenz ..and then : Wenz wrote.! 

sumber : supermanisdead.net
Readmore.....

SID Archieve

Masalah major-non major, underground-non underground, buat gue udah basi banget, hohoho tentu saja bisa didiskusikan panjang lebar 4 hari 4 malam bahkan lebih.
Re: 100% superman is dead...(grow up, kids!)topik major label, pengkhiantan g 30 s pki, bla bla bla juga kontraproduktif. bukan sok naif, tapi sempetlah gue "berproses" kayak gitu sebelomnya. cuma kayaknya kok hal begituan belom tuntas aja di sebagian punk medan ama jogja. ini menurut gue, katakan kalo gue salah. ``x``x ``xDuh.
That's why I'm not sure Rancid can play here, y'know what I mean? Punk tentu saja harus selalu menjadi sebuah 'threat', dalam pemikiran, bukan jadi 'threat' fisik.


I don't know. gue sendiri sih prihatin kalau sikap chaos jadi membuat ketidaknyamanan individual atau banyak orang. Apalagi didasari oleh berita selentingan, a.k.a. gosip. Norak.

Sure SID is punk rock musically, kalau definisi punk non-punk sendiri siapa sih yang bisa ngejelasin? Sama dengan underground. Gue nggak tahu kalau ternyata memang ada buku panduan 'The Laws of the Underground:
Guide to A Perfect Underground Scene'. Uh. Seharusnya mereka baca ya? ^_^

Masalah major-non major, underground-non underground, buat gue udah basi banget, hohoho tentu saja bisa didiskusikan panjang lebar 4 hari 4 malam bahkan lebih. Kalau merasa SID memang, uh, 'membelot', ya sudah nggak usah beli albumnya atau nonton performancenya. Segampang itu kok. "Punk sudah dijual, sekarang ABG trendy aja udah pake gelang dan sabuk spike!" Awww. Get over it, it's soooo last 20 years! Punk sudah terjual sejak Ramones masuk Sire, Malcolm McLaren memperkenalkan Sex Pistols, MC5 dan Iggy Pop di Elektra. Kok baru ribut sekarang? Rancid dengan Warner, Green Day, Bad Religion, etc.

'Selling out', buat gue adalah melakukan hal-hal yang tidak disukai, tapi demi uang melakukannya. Gue pribadi sih nggak melihat SID melakukan hal tersebut. Tentu saja mereka sekarang jauh lebih bisa menghidupi kehidupannya scara album laku 70.000 kopi dan mungkin lebih. Dan nggak salah untuk bisa hidup dari sesuatu yang mereka sukai: main musik. Toh gue nggak pernah denger mereka berapi-api bilang: DIY or DIE! Aaww. In my opinion, punk is about being yourself in this manufactured, fabricated world, dare to be different, and questioning everything. [for instance, Green Day is as punk as Crass in a different way. Blink 182 and His Hero Is Gone. Dita Indahsari and even Garin Nugroho is a punk. So is MTV Jackass and No WTO Home Video.]. Busted, that boy band sure ain't punk.

Gue rasa juga banyak yang sirik kok ke SID. I know a lot of punk bands want to be in SID shoes, so they say bullshits about them. Gue inget betul pas SID dirusuhin di Surabaya, ada anak band lokal yang semangat ikut ngerusuhin. Dia vokalisnya. Pas gue tanya kenapa SID dirusuhin,whoaaaaa. Jawabannya banyak banget.

"Ada apa sih?"
"SID bilang fuck Java dulu!"
"Kapan?"
"Adalah! Mereka nulis 'fuck Java' di studionya?"
"Oh ya? Kok gue nggak pernah lihat ya? Lu sendiri udah pernah ke
studionya?"
"Umm, belum sih... tapi temen gue yang liat!"
"Oh, temen elo.. Trus?"
"Gue ditelfon Jopie dari Spills Records marah-marah, katanya SID ingkar
perjanjian dengan label indie Spills dan sign sama Sony!"
"Ditelfon Jopie?"
"Ya! Mereka nggak underground lagi dan memilih Sony!"
"Gue deket sama Jopie kok. Dia spesial nelfon elo? Gue nggak tahu lo
sedekat itu dengan Jopie. Dia malah nggak apa-apa SID merilis album
dengan Sony. Toh dengan Spills mereka memang cuman single saja."
"Ya pokoknya SID tuh ngaco!"
"Ngaco gimana?"
"Sok pake bahasa Inggris, belagu banget!"
"Uh.. kan mereka asalnya juga dari Bali, yang kepake kalo enggak bahasa
Bali ya bahasa Inggris... Bahasa Indonesia aja jarang!"
"Nah itu mereka suka ngomong 'fuck Java' pas manggung! Dikiranya kita
nggak ngerti apa? Anak anak Surabaya jadi marah!"
"Anak-anak Surabaya? Bukannya mereka baru main pertama kali di Surabaya
sekarang?"
"Ah! Pokoknya SID ngaco!"

Uh. Kurang lebih itu perbincangan saya. Sekarang, band Surabaya tersebut sign dengan EMI. Lucu juga setelah dia panjang lebar menceritakan bagaimana undergroundnya dia. Good for him. Lucu juga bagaimana sebuah gosip berkembang pesat dari hanya 1 mulut saja. Bagaimana sampai ke banyak orang? Udah distorsi banget kan. Lucu sekali kali kalau kebanyakan orang biasanya bicara tentang anti penindasan, sekarang menindas dalam bentuk baru.

Gue sepakat banget sama Wendi tentang 'mind your own business'. As long as you don't fuck other people to get your goals, it's allright. I don't think SID fucked people over to get where they stand now. Musically, gue
juga sepakat kala 'Kuta Rock City' nggak maksimal. Sayang soalnya. They still can develop though. Iwan Fals era '80an juga musiknya jelek, lirik mungkin tajam, tapi musiknya biasa banget.

Opini massa bisa membuktikan? Uh, kayaknya kalau demokrasi, kita memang belum siap. Sampai semua orang pinternya sama, gue pikir demokrasi nggak akan bisa jalan. Walaupun akan selalu saja orang yang lahir lebih pintar dan juga orang yang lahir bego.

Mind you, with my rants. Cheers n' beers!

arian arifin ---taken from suicideglam@yahoogroups.com --
Readmore.....

SID Archieve

Dear brothers and sisters, lovers and haters, after almost a few years I’ve never share my thoughts ‘bout my oh-so-infamous band in this very website, now finally I came up w/ this. Just like a loaded gun pointed at the dusty mirror.
Hate me or love me after you read this....go ahead, cool kats.


Here we go...

So ya, we’re from B.A.L.I -the ouf of reach- minority district, we [still] dont wear trucker hats, got no ear plugs or lotsa piercings, got no anorexic look or bergaya somehow ‘aneh dan gelap’ kalo di foto....then, are we still masuk hitungan ‘cool’ in your today’s so-called-exclusive music scene? Ummm, you decide. Yang pasti -memasuki tahun yang ke sepuluh ini- kita masih TIDAK MAU brenti bermain dgn punk rock 3 power chords, meracuni diri [bukan diracuni] dengan rockabilly, bintang botol besar dingin, tempo drum yang kadang kecepetan, dan berburu pakaian bekas di 2nd hand shop di Bali

Gak terlalu banyak hal2 aneh yang bisa di expose tentang band saya, cos menurut saya hal2 yang pernah kita lakukan as a band is biasa, wajar dan lurus aja. Beberapa ‘scenester cerdas, tajam nan kritis’ yang mengharapkan bakal mendengar cerita2 yang oh-sungguh-menakjubkan, or penuh sensasi, seperti cerita band2 lain dari dunia sana, saya rasa bakalan kecewa membaca tulisan ini. Ha! Like I care.
Kita gak punya misi besar agung super mulia dalam bermusik, we dont wanna ‘save’ the ‘punkrock’ world. Kita cuma ingin main musik dengan jujur, sampai tua dan having fun saat melakukannya, syukur2 kalo sampai bisa hidup berkecukupan dari main musik.

Dan saking senangnya main musik, waktu berlalu begitu cepat dan tau2 kita udah seperti saat ini. Tapi, tanpa disengaja dan direncanakan, seiring dgn makin besarnya kita di dunia industri, makin banyak juga tanggung jawab yang tidak boleh dan tidak mau kita abaikan. Contohnya, sekarang kita punya akses dan fasilitas buat bantu band2 lokal Bali,...ya kita bantu. Kita ngabisin sebagian besar uang royalty dan duit manggung buat foya2, disisi gemerlap nan glamour like Puff Daddy? Nope! Bobby Cool [yang sampai saat ini belum punya motor sendiri] spend it buat bikin studio rekaman bertarif murah [tapi bukan murahan] di rumahnya, khusus buat musisi2 yang bukan anak pengusaha tambun, yang kuliah di luar negeri kalo lagi gak holiday di Dreamland.

Masih tentang royalty, saya pakai [bahkan masih ngutang ampe skarang] buat bikin bar kecil khusus buat band2 lokal manggung gratisan hampir tiap hari. Totally free shows. Totally music and fun, no politics or shit like that. Soundsystem juga memakai alat2nya Superman Is Dead. Gak mesti band bagus, band kemarin sore juga boleh main, gak ada seleksi.
Sebagian duit hasil setiap kali SID manggung, started from The Hangove Decade album, kita sisihkan buat disumbangkan ke panti2 asuhan di Bali. Lalu juga saya pakai bikin record label kecil yang, hopefuly, rilisan2 lokal-nya taun depan udah bisa kamu baca reviewnya di majalah2 [watch out for The Dissland and The Brews, boys and girls!]. Untuk konser2 di Bali kita juga sebisanya mengajak band2 lokal kesukaan kita main bareng, dan dibayar, tentunya.
So ya, all coming back to where it belongs. This is our principal: Superman Is Dead got all we have sekarang, ya karena musik, dan hasilnya kita kembalikan lagi utk musik itu sendiri. BUKAN untuk> sensasi, trend, fashion, hype, menjadi grouppie-fucker or cuma buat jadi issue hangat kaum ‘underground’ semata. Kita TIDAK berdiri sombong disana. Kita tidak mau terjebak dalam gaya hidup rockstar tipikal.

Coba lihat kebelakang, semua alasan kenapa kita sampai disini, hanya satu>OUR PASSION AND LOVE FOR MUSIC. That simple. Jadinya ya kita gak bakal pernah mau kehilangan itu, mundur atau menyerah bermusik hanya karena, misalnya, sebagian polisi punk menganggap kita as the biggest treat to the ‘real scene’ karena kita signed up w/ major label, or karena kita ditempeli label ‘glamour punk’ whatsoever, yang sama sekali bukan kita.
Are we criminals? Emang kita pernah malak anak SMP di halte bus, membunuh atau minta2 uang dari kamu buat beli bir atau beli Doc Marteens? Dont think so, fella....so we dont owe you a flying fuck. Masuk major label = haram. Whatabout membunuh ratusan innocent people dgn dalih agama. A hero?
Dont we have more important things to worry about in this fucked up country?
Kita bicara masalah anti-major label, bla bla bla berbusa... tapi yang saya lihat kenyataan yang terjadi disini adalah ‘majority’ menindas ‘minority’. Yap, we, Superman Is Daed, are and we will always be minoritas di Indonesia yang katanya penduduknya beragama ini [thanx to those fanatics].
No matter what you say, deep inside......perasaan bahwa kita orang minoritas, selalu ada. All this questions. Apa sih yang mereka tau tentang punkrock? Mereka kan dari Bali, pulau maksiat, the kingdom of hedonism, land of the escapist, tanah tradisional nan kolot, pulau tanpa MTV, dst dst.
Ha. Dan terus terang, kadang kita menikmati saat orang2 berpikir spt itu ttg kita.

So many hakim dadakan yang beraninya cuma rame-rame. KayaÂ’ bebek. Tipikal orang Indonesia banget. Let me say one thing to you, kalo kamu gak suka sama kita, then get lost and get a fucking life! Do something yang berguna untuk dirimu dan orang lain.
Tapi we believe waktu yang membuktikan semuanya. Sepuluh tahun hampir berlalu dan kita merasa ini hanyalah sebuah awal baru, untuk industri musik dan keterbukaan berpikir anak muda kita.

Satu pertanyaan. Obviously, Superman Is Dead did something to the scene here, now what have you done to your scene?

The ‘real’ minority will rise, and nothing can stop us.
Nothing. Not the trend, politics, media, religion, race or money.
Are you ready?


Cheers, Cherry and Dynamite, jrx
`
Readmore.....

SID Archieve

Di balik rambut- rambut yang menantang langit, di balik dandanan yang urakan, mereka juga menyimpan sebuah kedamaian. Dan yang lebih menarik lagi, Indonesia ternyata jadi bagian penting dari komunitas punk.

Douglas Crawford, seorang sutradara film dari Kanada mencoba menggambarkan kehidupan anak-anak punk dalam sebuah film berjudul The Punks Are Allright. Film ini termasuk salah satu film yang diputar di Jakarta International Film Festival (Jiffest) 2005. Jangan berharap film ini menghamburkan cerita tentang punk dan konser-konser musik.


Tapi kita akan banyak diberi gambaran tentang kehidupan sosial, dan bagaimana anak-anak punk itu berbaur dengan masyarakat lain. Yang bikin film ini makin menarik, karena Indonesia jadi bagian penting dalam film ini.

Bisa nyambung

Pada awalnya Douglas hanya ingin membuat film dokumenter tentang band punk asal Kanada, Forgotten Rebels. Hingga dalam perjalanannya, Douglas mendapatkan e-mail dari band asal Brasil, Blind Pigs. E-mail itu bercerita betapa Blind Pigs sangat terinspirasi oleh Forgotten Rebels. Itu yang kemudian membuat Douglas terbang ke Brasil, dan tinggal selama dua bulan di sana untuk melanjutkan filmnya.

Di Brasil, Douglas kembali menemukan sebuah kejutan. Itu pertama kalinya aku tahu ada punk scene di Indonesia, Douglas mengungkapkan responsnya ketika front mant Blind Pigs mengatakan bahwa mereka mendapat surat dari fans mereka di Indonesia. Itulah yang membuat Douglas terbang ke Jakarta menemui Dolly, yang berhubungan dengan Blind Pigs. Dolly, tidak bisa mendapatkan CD Blind Pigs di Indonesia, dan meminta mereka untuk mengirimkannya lewat internet.

Dengan girang Blind Pigs mengabulkan permintaan Dolly. Dan sebagai gantinya, Dolly mengirimkan badge bertuliskan Blind Pigs.

Punk & family

Film The Punks Are Allright bukan hanya menggambarkan hubungan band dengan fans. Douglas berusaha menggambarkan dengan jelas kondisi kehidupan mereka yang ada di Kanada, Brasil, dan Indonesia. Di sini kita bisa melihat banyak kesamaan antara Brasil dan Indonesia, negara yang disebutnya sebagai negara dunia ketiga.

Tergambar di film ini, lingkungan tempat tinggal Henrike dan Dolly, hanya berbeda di masalah rapi dan bersih. Sebenarnya secara tingkat pendidikan dan lainnya tidak jauh berbeda. Sempat juga terlihat remaja-remaja Brasil yang tidak menguasai bahasa Inggris. Atau kalau acara TV kita sekarang ini dipenuhi oleh berita-berita kriminal, di Brasil ternyata kondisinya juga cukup mengerikan. Puluhan pembunuhan bisa terjadi setiap harinya. Cewek-cewek di sana cantik-cantik, tapi mereka bisa jadi sangat berbahaya, ujar Douglas bersungguh-sungguh.

Kesamaan lain antara dua negara ini adalah perilaku sehari- hari. Di mana unsur religius dan keluarga sangat berpengaruh. Bakalan lebih jelas sih kalau melihat filmnya, di mana seorang anak muda dengan tato Born To Die sedang membantu orang- tuanya di sawah. Sedangkan Henrike digambarkan tengah menghabiskan akhir pekan bersama keluarganya.

Cocok di Indonesia

Gambaran kekeluargaan yang ditampilkan Douglas di film itu mungkin bisa menepis anggapan tentang anak-anak punk yang mengerikan dan dekat dengan hal-hal negatif. Karena pada dasarnya pemikiran punk memang tidaklah semengerikan itu. Intinya mereka hanya ingin hidup lebih bebas. Makanya lirik- lirik lagu mereka menjadi lebih berani. Baik menyinggung masalah politik maupun isu-isu sosial yang sedang terjadi. Sama seperti pemikiran orang kebanyakan, punk juga berharap untuk mencapai hidup yang lebih baik. Tentu saja dengan versi mereka sendiri, yang kadang identik dengan pemberontakan.

Dan lirik-lirik dari tiga band punk itu pun punya kesamaan. Yaitu bisa menyentuh dan memengaruhi hati banyak orang. Bahkan menempuh jarak yang cukup jauh.

Menurut pendapat si pembuat film ini, punk terlihat lebih cocok untuk Brasil dan Indonesia ketimbang Kanada. Di Kanada, orang justru sudah terlalu acuh, dan asyik dengan dunia masing-masing. Dan mungkin juga tingkat ekonomi yang lebih baik, yang membuat punk tidak cocok dijalankan di sana.

Untuk menggambarkan Indonesia, Douglas sempat mengikuti band Superman Is Dead yang konser di Kalimantan. Dan membuatnya cukup terkejut saat melihat sekitar 20.000 orang memadati stadion. Sampai akhirnya Douglas berkesimpulan bahwa dari tiga band yang tampil di filmnya, justru band Indonesia inilah yang paling besar.

Dari yang digambarkan di film The Punks Are Allright, kita bisa melihat kalau punk bukanlah sekadar segerombolan anak-anak badung yang enggak ada kerjaan. Sayangnya, kita tidak hidup sendirian di dunia ini, dan tidak semua orang bisa menerima gaya hidup punk. Sama seperti tidak semua orang tertawa saat melihat Paul Anka serius menyanyikan Black Hole Sun-nya Soundgarden. Dan Tidak semua orang muntah saat mendengarkan nomor berikutnya, It's a Sin!

Bahkan di lingkungan anak-anak punk sendiri tidak semuanya identik, tetap ada saja perbedaan. Tidak semua orang menjadi gagah dengan rambut mohawk dan sepatu boot. Makanya tidak semua punk berambut mohawk dan bersepatu boots.

Tidak semua anak punk berlaku liar, bahkan banyak di antara mereka adalah pekerja keras. Kalau saja semua orang menjalani hidup dengan benar, semua memang akan menjadi lebih baik. Dengan nada pembelaan pada punk, drumer SID, Jerinx, mengatakan, If all the peoples in the world are punk, world is gonna be allright. Mungkin tidak terlalu benar, tapi tidak ada yang salah juga dengan kata-kata itu.

So, Lets do it then be a real punk!
Taken from : http://www.kompas.com/
Readmore.....

Taken From Balipost Cetak

Superman Is Dead (SID)! Nama sebuah grup musik aliran punk rock di Bali. Adakah nama itu dipatok dengan tujuan menyindir arogansi manusia yang kian menjadi-jadi akibat rangsangan materialisme dan kemajuan sains serta teknologi? Tan hana wong swasta tinulus!

Tidak ada manusia yang benar-benar sempurna! Konon itu alasan utama, mengapa kumpulan kata yang cocok dijadikan kalimat pernyataan tersebut dijadian nama sebuah kelompok band. Bisa jadi SID merupakan antitesa atas pernyataan Nietzsche yang ketika masih sehat, kuat dan perkasa berteriak ''The God is dead!''. Sekaligus menyindir perilaku manusia-manusia sekarang!

RUBAG secara samar masih ingat kisah hidup tokoh eksistensialisme Nietzsche (1844-1900). Ketika masih muda dan otaknya yang encer dipenuhi idealisme mengubah dunia, lewat gagasan dan tulisannya yang berbentuk aforisme. Dia mengejek masyarakat sekitarnya yang menggantungkan nasib mereka pada suatu kekuatan yang berada di luar diri mereka. Manusia, kata dia, harus mengandalkan kekuatannya sendiri dalam meraih cita-cita. Karena itu, Nitezsche sangat benci pada orang-orang lemah yang selalu mengadu pada Tuhan yang tidak pernah dikenalnya, saat menghadapi berbagai rintangan. Rupanya, paham seperti ini yang dipakai Hitler, Himler, Lenin, Stalin hingga Pol Pot dan sekarang tetap berlanjut. Bau anyir darah, lolong kesakitan akibat penyiksaan tetap mewarnai panggung tragedi dunia.

Nitezsche yang menjunjung kekuatan fisik sebagai penopang utama eksistensi manusia, justru mati tragis akibat batin terluka. Ketika fisiknya digerogoti usia, seorang sais pedati membantingnya ke parit hingga semaput. Itu lantaran dia mencengkram kerah baju si sais, yang melecuti kuda tuanya dengan cambuk berkali-kali, gara-gara bintang malang tersebut tidak kuat lagi menarik beban sarat pedati, sehingga terperosok ke parit.

Entah kasihan atau karena pertimbangan lain, nabi eksistensialisme tersebut bertindak bagai pahlawan tanpa menyadari fisiknya yang sudah ringkih. Karena peristiwa tragis tersebut, selama dua tahun menjelang akhir hayatnya tokoh yang pernah belajar teologi dan juga pakar filologi tersebut mengalami neurosis atau sakit jiwa berat. Mungkin dia menyesal dan baru sadar, bahwa superman tidak bisa mengganti kedudukan Tuhan dalam mejaga ketertiban dan kedamaian dunia. Ironisnya, Rubag melihat sekarang ini muncul banyak superman di berbagai bidang kehidupan, yang ingin mengubah dunia sesuai konsep di benaknya. Mereka menggambar konsep dunia damai, tenteram dan tertib di otak masing-masing. Agar konsep tersebut didengar dan didukung banyak pengikut, mereka berlomba meraih harta dan tahta. Berbeda dengan Neitzsche yang hidup pada abad ke-19, meskipun kapitalisme sudah tumbuh jadi imperialisme dan kolonialisme, namun paham materialisme belum merata seperti sekarang. Malah paham supermanisme diperkenalkan pengikut-pengikutnya, Martin Heidegger, Kierkegaard, Paul Sartre dan eksistensialis lain yang bergabung ke komunisme dan fasisme, puluhan tahun setelah Nietzsche meninggal.

Hingga sekarang pun para pengikut eksistensialisme tetap bergantayangan, walaupun banyak yang tidak berani mengaku terang-terangan, namun tindakan mereka mengutamakan kekerasan dan kekejaman sebagai langkah penyelesaian setiap masalah, menjadi bukti. Malah ada yang mengomentari secara guyon, "Banyak orang mengaku beragama, namun sayang mereka tidak ber-Tuhan!". Artinya, mereka lebih atheis dibanding Neitezsche dan Karl Marx.

***

Ayat-ayat suci banyak diobral saat ini, namun diambil sepotong-sepotong dan dipilih untuk membenarkan setiap tindakan. Teologi pembenaran! Mirip seperti Nietzsche menulis gagasan-gagasannya dengan gaya aforisme, yakni rangkaian kalimat yang membentuk paragraf, namun tidak menunjukkan keterkaitan antara gagasan yang satu dengan lain yang ditulis sebelum atau sesudahnya. Padahal buku suci merupakan satu kesatuan yang mengandung bermacam-macam nilai, yang ayat-ayatnya tidak boleh bertentangan satu sama lain.

Akibat pemahaman aforistik dengan tujuan membenarkan tindakan sendiri, maka dunia dan masyarakat tidak pernah luput dari gayut-gemayut konflik. Itu tidak saja terjadi di khasanah agama dan tradisi, malah meruyak ke wilayah politik, hukum dan kekuasaan. Celakanya, akibat tindakan superman yang memonopoli kebenaran, banyak orang yang dianggap bertindak tidak sesuai dengan gambaran kebenaran di otak sang superman, diberangus, dibelenggu bahkan kalau mungkin dijebloskan ke hotel prodeo.

Padahal dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara, sudah teramat sering terjadi perubahan konstelasi politik dan kekuasaan, sehingga orang-orang yang tadinya sangat berkuasa menjadi lemah dan diisolasi masyarakat atau kalau pinjam istilah bahasa Bali yang agak vulgar, dianggap cicing berung, ketika warna kekuasaan berganti. Gandek Nica, PKI atau komunis dan Orba merupakan stigma yang membuat the superman is dead.

Fenomena ini seharusnya menjadi pelajaran bagi setiap orang yang mencuat popularitas maupun karirnya, apalagi menjadi penentu dalam berbagai kebijakan. Sebab kebijakan yang dianggap benar dalam suatu zaman menjadi semacam kezaliman pada era berikutnya dan pembuatnya dianggap mahluk yang menjijikkan dan harus dijauhi. Untuk urusan ini, Rubag sepaham dengan Nietzsche yang berpendapat bahwa kebenaran adalah kumpulan ilusi dan tidak bersifat absolut. Kebenaran, kata dia, adalah semacam kekeliruan, yang tanpanya kita tidak bisa hidup. Ketika kebenaran menjadi absolut, sambungnya, kita harus meninggalkannya.

Sekarang di negara yang sebentar lagi berusia 58 tahun ini, kebenaran dan ketidakbenaran, kebaikan dan kemurtadan sudah berwarna abu-abu. Bercampur seperti pasir putih dan hitam yang diaduk terus menerus, sehingga sulit dikenali warna aslinya. Bila muncul superman, dia tidak lagi cocok mengenakan kostum warna biru cerah berjubah merah darah, tapi lebih pas berwarna abu-abu dengan lambang huruf "D" di dadanya. "D" bisa berarti dead atau dodol yang bermakna pecundang. Sebab lumpur tebal pesimisme bercampur skeptisme sudah terlanjut menciprati tubuh dan batin masyarakat. Mereka nyaris sudah tidak percaya lagi pada para superman yang mengaku antikorupsi, antinarkoba, antijudi, antipelacuran dan bermacam-macam anti yang lainnya. Sebab ketidakjujuran hati sering ngimpet di balik kejujuran kata-kata. Tindakan mulia sering dicurigai menyimpan maksud yang bermuara pada kepentingan pribadi.

Tidak terlalu berlebihan bila seorang profesor emiritus sebuah PTS meragukan keberhasilan sebuah kelompok intelektual yang menyebut diri mereka "Gerakan Jalan Lurus". Sebab, kondisi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kian berwarna abu-abu, dimana yang salah jadi benar, sementara yang benar jadi salah. Lihat hukum dan keadilan! Periksa kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya! Koruptor kakap tetap tegak dengan kemuliaannya, karena hasil curiannya mampu menghidupi para pendukung serta keluarganya.

Narkoba yang di berbagai kesempatan diteriaki, ternyata peredarannya kian merata di masyarakat. Lalu, bisakah orang-orang berjalan lurus, kalau penyimpangan-penyimpangan yang berkelok dan curam menghadang? Tak salah juga kalau sang profesor berkilah. "It is hard to belive facts!". Sebab, fakta disulap jadi abstraksi, sedangkan imajinasi dijadikan kebenaran karena dibalut kaidah-kaidah hukum.

Para saat ini, yang paling mudah diberantas adalah judi kecil-kecilan dan pelacuran kelas comberan. Mirip gerakan air dari hulu ke hilir, yang selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Karena kedua jenis dari belasan macam penyakit masyarakat itu sajalah yang paling mudah ditangani, sedangkan yang kelas kakap untuk sementara diabaikan. Terlampau banyak alasan yang bermuara pada kekhawatiran. Khawatir mereka punya banyak uang untuk menyulap kecurangan jadi kebajikan. Khawatir mereka punya jaringan tingkat tinggi yang kalau marah lalu membeking jaringan yang dirusak membuat superman jadi supermie. Kalau sampai begitu, Rubag hanya bisa mengucapkan, "Requiem aeternam Superman! Semoga Superman beristirahat dalam kedamaian abadi!".

* Aridus
Superman Is Dead on Facebook
Readmore.....