Rabu, 06 Juni 2012

SID Archieve News 1

Sony Music Indonesia makin melebarkan sayap. Ladang rock menjadi pasaran utama yang dibidik. Setelah /rif, Edane, Boomerang dan Rebek, kini salah satu perusahaan rekaman besar di Tanah Air ini menggaet rombongan pengusung punk rock asal Bali, Superman Is Dead (SID).

Maret 2003, mereka menandatangani kontrak rekaman dengan Sony. Dan dalam waktu yang cukup singkat, tepatnya awal Mei lalu, album SID yang berjudul Kuta Rock City sudah dirilis dengan menyodorkan materi lagu yang liriknya 70% berbahasa Inggris.

Siapa SID dan apa keisitimewaan mereka? Untuk kalangan underground, SID bukan lagi nama yang asing. Di Kuta, Bali, tempat mereka memulai semuanya, SID merupakan band lokal yang mampu mendominasi selera bule-bule (baca: turis mancanegara). Mereka bisa manggung di kafe dan pub dengan mengusung lagu-lagu sendiri.

Selanjutnya, popularitas SID seolah berjalan di atas tol. Bebas hambatan. Lagu-lagu ciptaan mereka yang berkumandang di radio-radio lokal dengan cepat menyebar. Tidak cuma di Bali. Tapi menjalar hingga ke Jawa dan bahkan juga gencar diperdengarkan di radio-radio di Australia, Jepang, Swedia dan Skandinavia.

Tapi, langkah fenomenal SID bisa dibilang berawal pada Agustus 2002 lalu. Saat itu, mereka mendapat kehormatan menjadi band pembuka konser grup rock asal Amerika, Hoobastank di Hard Rock Hotel, Kuta, Bali. Sejak itu, nama SID terngiang di mana-mana. Orderan manggung laris dan wajah mereka lantas banyak menghiasi halaman majalah remaja.

SID mengawali karirnya sekitar tahun 1995. Bobby Cool (vokal, gitar), Eka Rock (bas, vokal latar) dan Jerinx (dram), sejak awal, langsung mematok musik SID di jalur punk, yang banyak dipengaruhi band-band macam Greenday hingga NOFX. Seiring beringsutnya waktu, inspirasi musikal SID bergeser ke genre punk ‘n roll ala Supersuckers, Living End dan Social Distortion.

Nama Superman Is Dead sendiri mencuat setelah mereka mendengar lagu milik Stone Temple Pilot yang bertitel Superman Silvergun. Namun karena dianggap miskin konotasi, mereka pun mengubahnya menjadi Superman Is Dead. Yang dengan seenaknya diartikan: tak ada manusia yang sempurna.

Dengan konsep punk frontal yang menonjolkan 3-Chordsabilly Punk Rock. Atau arti yang lebih sederhana: tiga jurus khas punk rock, SID lantas memulai menjual lagu sendiri lewat jalur rekaman independen. Untuk wilayah Bali, SID merilis tiga album indie berformat mini album, yakni Case 15 (1995), Superman Is Dead (1999) dan Bad Bad Bad (Maret 2002).

Selanjutnya, untuk melebarkan sayap, SID bekerjasama dengan Spills Records, sebuah label independen asal Bandung, pada awal 2003 lalu. Label ini kemudian merilis ulang Bad Bad Bad dalam bentuk kaset single yang hanya memuat empat lagu. (aug/*)
`---Taken from MusikMu.com----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar