Minggu, 05 Oktober 2014

Svara Bumi, Konser Perlawanan Tolak Reklamasi Bali

Svara Bumi, Konser Perlawanan Tolak Reklamasi Baliuna menggelar konser bertajuk Svara Bumi. Konser tersebut digelar untuk menyuarakan penolakan terhadap proyek reklamasi Teluk Benoa, Bali dan menyerukan pembatalan Perpres No.45/2011, yang dinilai telah mendukung proyek reklamasi tersebut.
Musisi yang tampil diantaranya, Superman Is Dead (SID), Navicula, Marzuki "Kill The DJ", Melanie Subono, dan masih banyak lagi.

Perlawanan tidak harus dengan kekerasan. Kita bisa melawan itu dengan hal yang lebih masuk akal, dengan seni dan kami dengan musik
Jerinx SID
 

"Konser ini intinya bahwa perlawanan terhadap kerakusan dan ketidakjujuran, bahwa perlawanan tidak harus dengan kekerasan. Kita bisa melawan itu dengan hal yang lebih masuk akal, dengan seni dan kami dengan musik," ucap Jerinx, drummer SID saat jumpa pers di Rolling Stone Cafe, Selasa, (30/9).
Perlawanan terhadap proyek reklamasi Teluk Benoa, Bali itu sudah berlangsung sejak dua tahun lalu. Gerakan itu pun tak pernah berhenti dan dilakukan secara terus menerus dan militan.
"Karena apa yang dilawan ini kan melibatkan uang yang sangat besar dan melibatkan kebijakan pemerintah. Jadi, setiap orang, dari akademisi, seniman, dan mahasiswa berkolaborasi dalam sebuah wadah," kata Robi, vokalis Navicula.
Penolakan yang dilakukan musisi, masyarakat sipil yang tergabung dalam Forum Rakyat Bali atau ForBali bukan tanpa alasan. Menurut mereka, jika proyek tersebut tetap dijalankan akan berdampak pada lingkungan.
Contoh kecilnya sendiri, susahnya mendapatkan air bersih yang sangat dibutuhkan masyarakat. Belum lagi dengan ancaman banjir di kawasan Bali Selatan akibat luberan air di saat laut pasang.
"ForBali telah bersikeras untuk terus-menerus melawan. Apa yang dilakukan relawan ForBali adalah untuk mempertahankan kampung halamannya. Selama ini kita telah banyak mengambil ke alam. Tapi tidak pernah memberi ke alam. Gerakan ini sebuah terobosan," tutup Saras Dewi penyanyi asal Bali.
Readmore.....

Inilah Pesan SID Saat Konser Tolak Reklamasi, Svara Bumi

Inilah Pesan SID Saat Konser Tolak Reklamasi, Svara Bumi
Superman Is Dead © KapanLagi.com®
Kapanlagi.com - Ratusan orang memadati Rolling Stone Cafe, tempat digelarnya konser 'Svara Bumi' yang ditujukan untuk menyuarakan penolakan terhadap proyek reklamasi Teluk Benoa, Bali dan menyerukan pembatalan Perpres No.45/2011, yang dinilai telah mendukung proyek reklamasi tersebut. Pukul 19.15 para musisi mulai bergantian naik ke atas panggung, seperti Kill The Dj‎Navicula, Cinta Ramlan‎, Melanie subono, Superman Is Dead, membawakan beberapa lagu andalan mereka.

... kita punya rumah yang kecil, indah dan elok, jangan sampai di rusak penguasa rakus yang ada di negeri ini.
Disela-sela konser, tidak lupa para musisi menyelipkan pesan untuk mendukung penolakan terhadap proyek reklamasi Teluk Benoa, Bali, yang sudah berlangsung sejak dua tahun lalu. Salah satunya, musisi asal pulau tersebut, Superman Is Dead.
"Malam ini adalah perjuangan kita semua untuk tolak reklamasi. Ini adalah malam untuk rumah kita, terutama yang ada di Bali, kita punya rumah yang kecil, indah dan elok, jangan sampai di rusak penguasa rakus yang ada di negeri ini," ucap Bobby usai menyanyikan Bulan Ksatria, Selasa (30/9).
Superman Is Dead © KapanLagi.com®
Malam itu SID juga merupakan band penutup. Mereka tidak akan berhenti memperjuangkan maksud dan tujuan itu lewat musik, hingga jeritan itu terdengar lalu membuahkan hasil.
"Terima kasih yang sudah mendonasikan," tutup Bobby yang disambut tepuk tangan paling meriah dari para penonton.
Readmore.....

SID Ajak Ronaldo Tolak Reklamasi Teluk Benoa

Jakarta (Greeners) – Superman Is Dead (SID) menyerukan kritik yang cukup tajam kepada pemerintah, khususnya kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Grup punk rock asal Bali ini menuliskan ajakan untuk menolak rencana reklamasi di Teluk Benoa, Bali dan meminta agar Peraturan Presiden (Perpres) nomor 51 tahun 2014 segera dibatalkan.
“26 Juni 2013 Presiden SBY menipu rakyat Bali, memakai Cristiano Ronaldo sebagai alat pencitraan untuk menunjukan bahwa SBY mencintai mangrove dan akan melindungi mangrove di teluk Benoa.// 30 Mei 2014 SBY mengeluarkan Perpres no 51 tahun 2014 yg mengijinkan diadakannya reklamasi Teluk Benoa seluas 700 hektar yg akan menghancurkan mangrove di Teluk Benoa yg merupakan daerah konservasi.”
Tulisan di atas adalah sebagian pernyataan SID yang ditulis dalam laman akun facebook resmi mereka pada Selasa (24/06).
Pernyataan menolak reklamasi di Teluk Benoa, Bali yang diunggah band Superman Is Dead di akun facebook mereka.
Pernyataan menolak reklamasi di Teluk Benoa, Bali yang diunggah band Superman Is Dead di akun facebook mereka.
Pernyataan SID tersebut sejalan dengan aksi masyarakat Bali yang turut menolak adanya reklamasi dan menuntut Perpres nomor 51 tahun 2014 dibatalkan. Seperti dikutip dari bali.bisnis.com, ribuan warga Bali telah melakukan aksi demonstrasi besar-besaran pada 17 Juni 2014 lalu. Mereka mendatangi kantor Gubernur Bali di kawasan Renon, Denpasar, namun tidak ada satupun pejabat pemerintah provinsi Bali yang menemui pendemo.
Adanya Perpres tersebut membuat status Teluk Benoa yang sebelumnya termasuk kawasan konservasi menjadi zona penyangga konservasi. Dengan status baru ini, reklamasi dapat dilakukan. PT Tirta Wahana Bahari Internasional (TWBI) milik Tommy Winata disebut sebagai pemegang ijin pengelolaan area reklamasi yang akan berlokasi di sisi tenggara pulau Dewata tersebut.
Sementara itu, menurut hasil studi kelayakan dari tim Universitas Udayana, reklamasi di Teluk Benoa tidak layak dilakukan. Selain akan merusak ekosistem dan kawasan mangrove, dikhawatirkan reklamasi ini akan menyebabkan abrasi di perairan selatan Bali meluas.
Ilustrasi yang disertakan SID dalam pernyataan mereka menolak reklamasi Teluk Benoa, Bali.
Ilustrasi yang disertakan SID dalam pernyataan mereka menolak reklamasi Teluk Benoa, Bali.
Dalam pernyataannya, SID juga mentautkan fanpage facebook resmi Cristiano Ronaldo dan menyebutkan twitter sang bintang sepakbola dalam tulisan yang sama yang di sebarkan di twitter resmi SID, @SID_Official.
Berikut ini lanjutan pernyataan dari SID:
“Cristiano Ronaldo tertipu! – Ayo tag akun fanpage Ronaldo di foto ini sebanyak-banyaknya agar ia sadar bahwa dirinya SUDAH diperalat. Harapannya, agar Ronaldo melayangkan protes ke SBY dan semoga Reklamasi Teluk Benoa DIBATALKAN. #BaliTolakReklamasi#BatalkanPerpres51th2014.”
Hari ini, Rabu (25/06), hingga pukul 19.50 WIB, pernyataan tersebut menuai 18.529 likes dan sudah disebarkan sebanyak 5.435 kali. Dan, angka ini terus bertambah. Hingga berita ini dinaikan, belum ada tanggapan resmi dari Cristiano Ronaldo. Situs jejaring twitter milik pesepak bola asal Portugal ini masih membahas seputar aktivitasnya mengikuti Piala Dunia 2014 yang berlangsung di Brazil.
Readmore.....

Konser Svara Bumi, Tolak Reklamasi Teluk Benoa. Ada SID, Navicula sampai Iwan Fals

Kehadiran Iwan Fals dalam Konser Svara Bumi, guna mendukung tolak reklamasi Teluk Benoa di Jakarta, Selasa (30/9/14). Foto: Sapariah SaturiKehadiran Iwan Fals sebagai tamu spesial dalam Konser Svara Bumi, guna mendukung tolak reklamasi Teluk Benoa di Jakarta, Selasa (30/9/14). Foto: Sapariah Saturi
“Aku mendengar suara…Jerit makhluk terluka. Luka, luka…Hidupnya…Luka. Orang memanah rembulan. Burung sirna sarangnya. Sirna, sirna…Hidup redup. Alam semesta. Luka. Banyak orang. Hilang nafkahnya. Aku bernyanyi. Menjadi saksi. Banyak orang… Dirampas haknya. Aku bernyanyi. Menjadi saksi.”
Begitu bait lagu Kesaksian dari Iwan Fals,  yang dia bawakan kala Konser Svara Bumi, Bali Tolak Reklamasi di Rolling Stone, Jakarta, Selasa (30/9/14). Lagu itu, senada dengan ancaman dampak yang akan timbul kala reklamasi Teluk Benoa, di Bali terjadi. Alam terluka, keragaman hayati rusak. Kawasan konservasi tergadai. Wargapun mengalami derita dan ancaman bencana dan kehilangan nafkah karena ruang hidup hilang berganti kuasa pengusaha.
Malam itu, Iwan Fals hadir sebagai tamu istimewa dalam konser Svara Bumi. Usai lagu-lagu dengan hentakan musik cadas dari  Seringai, penonton  sempat dibuat penasaran oleh MC Arie Dagienkz dan Soleh Salihun,  yang mengumumkan akan ada tamu istimewa. Penonton menanti.
Konser ditutip dengan penampilan Superman Is Dead, dengan lagu-lagu kritisnya. Foto: Sapariah Saturi
Konser ditutup dengan penampilan Superman Is Dead, dengan lagu-lagu kritisnya. Foto: Sapariah Saturi
Tepuk riuh dan teriakan sorak sorai penonton pecah kala yang hadir ternyata Iwan Fals. Bongkar, Hio, Seperti Matahari, Menangis Embun Pagi sampai Kesaksian tambah menyemangati perjuangan menolak reklamasi Teluk Benoa ini.
Penghujung konser, ditutup Superman IS Dead. Jerinx, Bobby dan Eka membawakan lagu-lagu bernada kritis tentang pentingnya melindungi lingkungan, seperti Teluk Benoa. “Para OutSIDErs dan Lady Roses siapppp?” Begitu teriak MC. Gerak penonton pun mulai tak terhenti.  Bulan Ksatria, Kuta Rock City, Sunset di Tanah Anarki, Saint of My Life, dan Jadilah Legenda menjadi ‘mesin pembakar’ dari SID menjelang tengah malam itu. Bali Tolak Reklamasi, menjadi lagu wajib yang menutup konser.
Penonton membludak di Konser Svara Bumi, hingga membuat Jerink, suhu DID (bertopi) turun tangan mengatur posisi penonton. Foto: Sapariah Saturi
Pengunjung membludak di Konser Svara Bumi, hingga membuat Jerinx, suhu SID (bertopi) turun tangan mengatur posisi penonton. Foto: Sapariah Saturi
“Bali itu tempat main kita, rumah kita. Bayangkan kalau tempat mainmu, rumahmu, rumah nenekmu dihancurkan?” Teriak Jerinx.
Navicula hadir di sesi awal,  dengan mengingatkan penguasa yang berusaha merusak keindahan Bali lewat lagu-lagu Orang Hutan, Mafia Hukum, Karena Kita Bukan Mesin dan Metropolutan. Lalu, disusul Cinta Ramlan, Djenar Maesa Ayu dan Melanie Subono, dan Olga Lidya. Tampil juga Nostress, dan Kill the DJ. Para musisi dan pengisi acara semua memakai kaos Bali Tolak Reklamasi.
Penonton berjubel. Sekitar 2.000-an orang memadati Rolling Stone. MC beberapa kali meminta penonton bergeser agar yang baru datang bisa masuk. Suhu, SID, Jerixpun harus turun tangan mengatur posisi penonton.
Olga Lidya, membawakan puisi dari Sapardi Djoko Damono kala Konser Svara Bumi. Foto: Sapariah Saturi
Olga Lidya, membawakan puisi dari Sapardi Djoko Damono kala Konser Svara Bumi. Foto: Sapariah Saturi
Perlawanan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa, bergulir sejak awal. Penolakan tambah kuat, kala Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, belum lama ini menerbitkan peraturan presiden yang membuka peluang rencana itu berjalan mulus. Kini, mereka mendesak Presiden terpilih Joko Widodo, membatalkan aturan itu. Kekhawatiran muncul karena banyak faktor, antara lain, bencana banjir, longsor sampai abrasi pantai mengancam masyarakat sekitar; kawasan konservasi terancam; dan usaha pariwisata skala kecil warga sekitar terancam tutup.
Solidaritas berbagai elemen masyarakat, dari petani, nelayan, pekerja wisata sampai seniman dan musisi membentuk Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBali) guna memperkuat penolakan ini. SID dan Navicula, Walhi Bali, menjadi bagian dari itu. Dalam setiap konser di berbagai daerah, SID tak lupa menyuarakan seruan penolakan reklamasi Teluk Benoa.
Cinta Ramlan, membawakan beberapa lagu menyuarakan tentang alam,  termasuk  Teluk Benoa. Foto: Sapariah Saturi
Cinta Ramlan, membawakan beberapa lagu menyuarakan tentang alam, termasuk Teluk Benoa. Foto: Sapariah Saturi
Tepuk riuh dan teriakan sorak sorai penonton pecah kala yang hadir ternyata Iwan Fals. Bongkar, Hio, Seperti Matahari, Menangis Embun Pagi sampai Kesaksian tambah menyemangati perjuangan menolak reklamasi Teluk Benoa ini. Foto: Sapariah Saturi
Tepuk riuh dan teriakan sorak sorai penonton pecah kala yang hadir ternyata Iwan Fals. Bongkar, Hio, Seperti Matahari, Menangis Embun Pagi sampai Kesaksian tambah menyemangati perjuangan menolak reklamasi Teluk Benoa ini. Foto: Sapariah Saturi
Menalie Subono, juga tampil dalam Konser Svara Bumi, mendukung penolakan reklamasi Teluk Benoa, Bali. Foto: Sapariah Saturi
Melanie Subono, juga tampil dalam Konser Svara Bumi, mendukung penolakan reklamasi Teluk Benoa, Bali. Foto: Sapariah Saturi
Cinta Ramlan dan Djena Maesa Ayu, kala tampil dalam Konser Svara Bumi, buat mendukung tolak reklamasi Teluk Benoa, Bali di Jakarta. Foto: Sapariah Saturi
Cinta Ramlan dan Djenar Maesa Ayu, kala tampil dalam Konser Svara Bumi, buat mendukung tolak reklamasi Teluk Benoa, Bali di Jakarta. Foto: Sapariah Saturi
Readmore.....

Aksi Jerinx Cs Suarakan Tolak Reklamasi Teluk Benoa Lewat Seni

Jerinx, SID bersama Khalisah Khalid dari Walhi Nasional, kala jumpa pers, Kamis (23/1/14) di Jakarta. Foto: Tumpak W Hutabarat
Jerinx, SID bersama Khalisah Khalid dari Walhi Nasional, kala jumpa pers, Kamis (23/1/14) di Jakarta. Foto: Tumpak W Hutabarat
Halaman Universitas Prof Moestopo (Beragama), di Jakarta, Kamis malam (23/1/14) dipadati tak kurang 500-an orang.  Berdesak-desakan. Mereka berteriak, dan bernyanyi. Ada apa? Ternyata, malam itu ada panggung solidaritas “Selamatkan Pesisir Indonesia,” yang digagas Walhi dan ForBali. Acara ini untuk mengkiritisi obral izin reklamasi di berbagai daerah, termasuk di Teluk Benoa, Bali.
Tampil antara lain Jerinx Superman Is Dead (SID) &EcoDefender, Marginal, Didit Saad & Morris Orah, Buguyaga, Made Mawut, dan Choki Netral.
Acara dibuka dengan talk show tentang reklamasi Teluk Benoa, Bali maupun daerah pesisir di Indonesia. Setelah itu, dilanjutkan aksi para musisi. Marginal tampil memukau lewat lagu-lagu bertema sosial, kemanusiaan dan lekat dengan kritikan seperti Negeri Ngeri, dan Banjir. Begitupula Jerinx, bersama EcoDefender, tampil dengan beberapa lagu ditutup Bali Tolak Reklamasi, yang dinyanyikan bersama Choki Netral. Para penonton ikut bernyanyi bersama.
Lagu Bali Tolak Reklamasi, memang selalu dibawakan dari panggung ke panggung, aksi ke aksi dalam protes penolakan reklamasi Teluk Benoa di Bali. Lagu yang dibuat aktivis ForBali, Agung Ali ini gamblang mengkritik kebijakan pemerintah daerah Bali segera menghentikan rencana mereklamasi Teluk Benoa.
“Lagu ini diciptakan oleh mereka, dan saya punya ide bagaimana kalau lagu ini kita rekam dan dinyanyikan rame-rame. Kita jadikan lagu untuk menolak reklamasi. Kita selalu nyanyikan di konser-konser, di kampus, bar dimana saja,”  kata Jerinx,  penabuh drum grup band SID, saat konferensi pers di Walhi Nasional Jakarta, Kamis siang (23/1/14).
Pria yang bernama asli I Gede Ari Astina ini mengatakan, sangat vokal menolak rencana reklamasi Teluk Benoa dengan bernyanyi dan turun aksi ke jalan. “Selain bikin lagu, bikin video klip, kita juga membuat pasar mini untuk mengumpulkan dana, dan membuat t-shirt kampanye menolak reklamasi Teluk Benoa. Jadi kita mengkampanyekan dengan cara populer.”
Cara-cara itu, katanya, ditempuh agar anak muda mengerti dengan isu-isu ini.  Jerinx menyasar anak muda karena generasi tua tak bisa diharapkan.
“Di Bali, anak muda kental dengan budaya hedon. Mereka selalu dibuai paradigma hidup itu harus dinikmati, tak usah memperhatikan hal ribet-ribet, yang penting rajin sembahyang semua akan baik-baik saja,” ucap Jerinx.
Selama ini, Bali  selalu “dijajah” banyak kapitalis. Bali dianggap indah dan mengundang banyak investor. Dalam proses pembangunan itu, mereka sama sekali tak memperhatikan aspek lingkungan.
Menurut dia, tujuan investor hanya satu: mengeruk sumber daya alam. Jadi mereka tak mempunyai pemikiran dalam membangun Bali, harus memperhatikan efek jangka panjang. “Mereka berpikir, Bali ini terkenal jadi mereka harus membuat sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi. Mereka nggak berpikir efeknya seperti apa.”
Bagi dia, mencuatnya isu reklamasi ini bisa dibilang sebuah pengingat akan pembangunan-pembangunan di Bali yang “kurang ajar.” Selama ini, di Bali, sudah terlalu banyak pembangunan tidak ramah lingkungan. Mereka biasa selalu bisa memuluskan langkah dengan menempuh berbagai cara. Bisa menyogok atau pun cara lain.
“Reklamasi ini puncak akumulasi kekesalan kami. Jadi kami sebagai orang Bali,  sebagai manusia merasa sudah cukup Bali dan daerah-daerah lain yang memiliki potensi itu dikuras oleh orang-orang yang mempunyai uang banyak,” ujar dia.
Aksi Tolak Reklamasi Teluk Benoa dan di berbagai daerah di Indonesia di depan Istana Negara Jakarta. Foto: Sapariah Saturi
Senada dengan Gembul, personel band Navicula. Dia tergerak ikut bersuara menolak reklamasi Teluk Benoa karena permasalahan lingkungan sudah menjadi masalah yang harus dihadapi bersama.
“Saya pribadi tergerak sebagai orang Bali juga. Untuk reklamasi ini,  kebetulan saya dan teman-teman di Navicula selalu mengkampanyekan. Kami banyak bekerjasama dengan LSM. Belakangan banyak jalan bareng bersama Walhi.”
Dia tak mau anak cucu tidak bisa tinggal di Bali karena kalau reklamasi dijalankan  dipastikan mengubah daerah ini. “Bali sekarang saja sudah berbeda dengan 20 tahun lalu. Saya ingat 20 tahun lalu masih bisa melihat keindahan Kuta. Sekarang sudah berkurang.”
Untuk melawan ini, harus begandengan tangan. Saat ini, katanya, bukan zaman bergerak sendiri. “Jadi apa apa yang bisa kita lakukan, harus berkolaborasi, semua harus ikut andil. Saya sebagai musisi, bisa kampanye melalui musik, support dengan apa yang kita bisa. Wartawan, pelukis, photografer semua elemen bersatu dengan kolaborasi akan menjadi lebih kuat dan besar,” kata Gembul.
Penolakan rencana reklamasi ini juga datang dari personel band Netral, Choki. Kata dia, proyek reklamasi ini hanya menguntungkan kapitalis.
“Menurut gue pribadi reklamasi ini mikirnya sih kapital  mau mengeruk dan menutup Teluk Benoa.  Disitu kan banyak biota laut dan hutan mangrove. Kalau biota laut mati, tentu kehidupan yang lain juga akan mati.”
Dia mengatakan, warga lokal di sekitar proyek reklamasi akan langsung terkena imbas.  Jika proyek ini tetap dipaksakan, keindahan pula dewata akan hilang.
“Bali yang kita kenal lima tahun lalu dengan sekarang saja sudah berbeda. Kalau nanti reklamasi jadi, Bali nanti isinya komplek hotel doang dong. Kita mau lihat apa disitu?”
Menurut dia, hutan mangrove bisa bermanfaat menjadi ecowisata. “Jadi kita bisa snorkling atau diving disana. Biota laut berbeda, banyak ikan dan udang. Daerah mangrove biota berbeda. Mereka itu yang mempertahankan air. Jadi kita harus menolak reklamasi Teluk Benoa,” katanya.
Nur Hidayati, Kepala Departemen Advokasi dan Kampanye Walhi, mengatakan, keterlibatan musisi dan para seniman dalam setiap advokasi penyelamatan lingkungan menandakan isu ini milik semua orang.
“Ini menyangkut soal keberlanjutan kehidupan. Bukan hanya hari ini, tapi generasi akan datang. Kita lihat saat ini bencana ada dimana-mana. Ini bukan bencana alam, tapi bencana ekologis,” kata Yaya, sapaan akrabnya.
Yaya mengatakan, bencana ekologis itu akibat pembangunan tidak terkontrol dan mengorbankan wilayah konservasi.  Sedang masyarakat miskin selalu menjadi kambing hitam.“Kita ingin mencegah ini tidak terjadi di Bali. Kalau sampai terjadi, akan menimbulkan kerusakan sangat masif. Kita lihat di Jakarta. Proyek reklamasi di Pantai Indah Kapuk menyebabkan banjir sangat besar.”
Menurut dia, dalam memuluskan proyek reklamasi ini, pemerintah dan pengusaha melakukan konspirasi. Mereka mencari celah agar dari sisi peraturan seolah-olah legal. “Masyarakat sudah dibohongi. Pemerintah tak punya itikad baik. Kita tak bisa hanya diam. Tahun 2014 ini momentum tepat buat kita bergerak.”
Senada diungkapkan Selamet Daroyni, koordinator pendidikan dan penguatan jaringan Kiara.  Dia mengatakan, proyek reklamasi di Indonesia merupakan bentuk kemudahan bagi para penguasa menguasai lahan-lahan di pesisir dan memberikan dampak buruk bagi penghidupan nelayan.
“Proyek reklamasi akan makin memperparah kota-kota pesisir karena kehilangan daya dukung lingkungan yang berakibat pada banjir. Reklamasi ini perampasan wilayah laut, setelah mereka kesulitan mencari lahan di darat.”
Tampak Jerinx SID dan Gembul Navicula turut dalam aksi tolak reklamasi Teluk Benoa di Jakarta. Foto: Sapariah Saturi
Tampak Jerinx SID dan Gembul Navicula turut dalam aksi tolak reklamasi Teluk Benoa di Jakarta. Foto: Sapariah Saturi
Readmore.....