Kehadiran
Iwan Fals sebagai tamu spesial dalam Konser Svara Bumi, guna mendukung
tolak reklamasi Teluk Benoa di Jakarta, Selasa (30/9/14). Foto: Sapariah
Saturi
“Aku mendengar suara…Jerit makhluk terluka. Luka, luka…Hidupnya…Luka. Orang memanah rembulan. Burung sirna sarangnya. Sirna, sirna…Hidup
redup. Alam semesta. Luka. Banyak orang. Hilang nafkahnya. Aku
bernyanyi. Menjadi saksi. Banyak orang… Dirampas haknya. Aku bernyanyi.
Menjadi saksi.”
Begitu bait lagu Kesaksian dari Iwan Fals, yang dia bawakan kala Konser Svara Bumi, Bali Tolak Reklamasi di Rolling Stone, Jakarta, Selasa (30/9/14). Lagu
itu, senada dengan ancaman dampak yang akan timbul kala reklamasi Teluk
Benoa, di Bali terjadi. Alam terluka, keragaman hayati rusak. Kawasan
konservasi tergadai. Wargapun mengalami derita dan ancaman bencana dan
kehilangan nafkah karena ruang hidup hilang berganti kuasa pengusaha.
Malam itu, Iwan Fals hadir sebagai tamu istimewa dalam konser Svara
Bumi. Usai lagu-lagu dengan hentakan musik cadas dari Seringai,
penonton sempat dibuat penasaran oleh MC Arie Dagienkz dan Soleh
Salihun, yang mengumumkan akan ada tamu istimewa. Penonton menanti.
Tepuk riuh dan teriakan sorak sorai penonton pecah kala yang hadir
ternyata Iwan Fals. Bongkar, Hio, Seperti Matahari, Menangis Embun Pagi
sampai Kesaksian tambah menyemangati perjuangan menolak reklamasi Teluk
Benoa ini.
Penghujung konser, ditutup Superman IS Dead. Jerinx, Bobby dan Eka
membawakan lagu-lagu bernada kritis tentang pentingnya melindungi
lingkungan, seperti Teluk Benoa. “Para OutSIDErs dan Lady Roses siapppp?”
Begitu teriak MC. Gerak penonton pun mulai tak terhenti. Bulan
Ksatria, Kuta Rock City, Sunset di Tanah Anarki, Saint of My Life, dan
Jadilah Legenda menjadi ‘mesin pembakar’ dari SID menjelang tengah malam
itu. Bali Tolak Reklamasi, menjadi lagu wajib yang menutup konser.
“Bali itu tempat main kita, rumah kita. Bayangkan kalau tempat mainmu, rumahmu, rumah nenekmu dihancurkan?” Teriak Jerinx.
Navicula hadir di sesi awal, dengan mengingatkan penguasa yang
berusaha merusak keindahan Bali lewat lagu-lagu Orang Hutan, Mafia
Hukum, Karena Kita Bukan Mesin dan Metropolutan. Lalu, disusul Cinta
Ramlan, Djenar Maesa Ayu dan Melanie Subono, dan Olga Lidya. Tampil juga
Nostress, dan Kill the DJ. Para musisi dan pengisi acara semua memakai
kaos Bali Tolak Reklamasi.
Penonton berjubel. Sekitar 2.000-an orang memadati Rolling Stone. MC
beberapa kali meminta penonton bergeser agar yang baru datang bisa
masuk. Suhu, SID, Jerixpun harus turun tangan mengatur posisi penonton.
Perlawanan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa, bergulir sejak awal. Penolakan
tambah kuat, kala Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, belum lama ini
menerbitkan peraturan presiden yang membuka peluang rencana itu berjalan
mulus. Kini, mereka mendesak Presiden terpilih Joko
Widodo, membatalkan aturan itu. Kekhawatiran muncul karena banyak
faktor, antara lain, bencana banjir, longsor sampai abrasi pantai
mengancam masyarakat sekitar; kawasan konservasi terancam; dan usaha
pariwisata skala kecil warga sekitar terancam tutup.
Solidaritas berbagai elemen masyarakat, dari petani, nelayan, pekerja
wisata sampai seniman dan musisi membentuk Forum Rakyat Bali Tolak
Reklamasi (ForBali) guna memperkuat penolakan ini. SID dan Navicula, Walhi Bali, menjadi bagian dari itu. Dalam setiap konser di berbagai daerah, SID tak lupa menyuarakan seruan penolakan reklamasi Teluk Benoa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar