Mereka kembali dengan sebuah misi mulia. Tak pelak
bagaimana langkah sebuah eksistensi selama kurang lebih 10 tahun telah
membuat mereka kini lebih dewasa. Salah satu bukti dari kedewasaan
mereka bisa Kamu lihat di klip "Bukan Pahlawan" di mana mereka tampil
lebih "mature" dengan kumis dan janggut. Tak hanya itu, mereka kini
kembali dengan lirik-lirik yang membawa pecan social dan bersiap
menghancurkan kefasisan yang tumbuh subur di negara Indonesia tercinta
ini.
Selasa siang itu saya datang ke sebuah stasiun TV lokal untuk
bertemu dengan anak-anak Superman Is Dead. Mereka bertiga, Bobby Cool
(Gitar), Eka Rock (Bass),dan lerinx (drum) kini tampak lehih santai
sambil minum teh betel dan makanan ringan. Kini mereka tampak berbeda
penampilannya dengan yang di video klip "Bukan Pahlawan" di mana tidak
lagi terlihat kumis dan janggutnya. "Yah, sekarang udah kebeli kerokan
beat nyukur kumis hahaha...," kata jrxadalah drummer grup hand yang
berdiri sekitar 1996 ini, ia sekarang terlihat lebih gemuk dengan
sekujur tato menghiasi di tubuhnya adalah seorang vegetarian dan juga
penggagum berat Social Distorsion dan ketika saya temui ia sedang
mengenakan T-shirt berwarna merah band tersebut Lain lagi dengan Bobby
Cool yang tampaknya lebih "cool" sekarang. Terutama dengan tatc yang
kini mulai menghiasi pergelangan tangannya. Sementara Eka Rock kadang
lebih banyak diam ketika melakukan interview ini meski sesekali ngejawab
pertanyaan juga tampak lebih tinggi dan kurus seperti halnya yang hiasa
kita lihat di video klip. Namun nggak berbeda jauh dengan kedua
temannya itu, tato terlihat menghiasi tubuhnya.
"Sebenarnya yang image kumis itu waktu kits mm recording, kita sepakat
untuk menumbuhkan kuma bareng bust menimhulkan nuansa baru don enera
haru. Yah supaya ado atmosfir lain di album ini Itu terbukti album ini
agak lehih dewasa dibanding album sebelumnya. Mungkin bisa lehih jaga
emosi. Kalau lulu mungkin emosian banget' kata Bobby Cool panjang lebar
menjelaskan perihal image "kumis': lerinx menambahkan bahwa image kumis
juga sebagai hentuk pendewasaan di mana mereka kini sudah mulai memiliki
tanggung jawab besar dengan link don musik mereka. Kini link mereka
lebih provokatif dengan pecan-pecan sosialnya. Soal urusan musik pun
sudah mereka pikirkan. Kini mereka Bering menggunakan additional player
don mencoba bertanggung jawab dalam unison sound agar setidaknya mirip
dengan di kaset atau CD dalam setiap live shay mereka.
Kfini Superman Is Dead telah melupakan masa 'Dark Age" mereka di mana
beherapa tahun lalu isu rasis pada orang Jawa dan bla...bla... sempat
menjadi kerikil tajam dalam perjalanan band yang sudah merilis tiga
album major ini. Mereka sempat .iangalami kerusuhan di Surabaya dan
Medan akibat isu tersebut. Nomun kini isu seperti itu menurut mereka
sudah basi karena toh sekarang masih ada hal lain yang patut dipikirkan.
"Masalah isu racial sudah kita anggap beres. Ditandai dengan anak-anak
yang dulunya ngelemparin kita akhirnya mereka juga ngundang kita agar
main lagi. Awalnya kita nggak mau dengan banyak alasan namun akhirnya
kita bilang ke mereka, kita mau main asal mereka minta maaf. Dan
akhirnya mereka meminta maaf. Sampai saat ini pun sudah main tiga kali
dan aman-aman saja, " ujar lerinx menanggapi isu tersebut.Menurut mereka
justru yang sekarang perlu lebih dipikirkan yaitu bagaimana membangun
kembali Bali yang sempat terpuruk akibat Bom Bali II. Mereka memiliki
dua misi besar sekarang. Pertama, mereka membenci hand-hand yang tingkah
lakunya kayak hand mainstream yang celeb wanna be. Kedua, mereka ingin
membuka pemikiran orang tentang Bali yang imagenya selalu identik dengan
hal-hal negatif, pulau maksiat, glamour, party-party dIL "Bali itu
adalah tempat yang aman. Semua agama dan toleransi agama di Bali itu
bagus. Kita pengen ngasih tahu hahwa Bali itu aman untuk semua agama.
Jadi Bali itu bukanlah daerah yang pro barat atau western, tapi Bhinneka
Tunggal Ika banget;' ujar lerinx 6erapi-api.
Yang ada di pikiran mereka waktu terjadinya born Bali II adalah
hanyaknya rasa kemarahan. Selain marah pada pelaku pemboman, ada rasa
marah pada ketidakpedulian. Meski mayoritas orang menentang terorisme,
namun masih hanyak elemen masyarakat yang tidak peduli dan nggak
bereaksi apapun melihat aksi pemboman seperti itu. Menurut Bobby mereka
mengharapkan hal-hal ketidakpedulian dan ignorance seperti itu hilang
atau setidaknya berkurang. "Yah musisi-musisi di Bali pasca born Bali II
justru sekarang lebih galak. Banyak kemarahan di Bali sekarang ini.
Bali seolah menjadi pulau yang penuh amarah, kegelisahan, rasa takut,
dll. Energi-energi kayak itu kan bisa dihilang bagus untuk band-band
yang "underground", "indie'; atau "punk rock" : Jadi band-band di Bali
itu sekarang lebih punya misi. Punya sesuatu untuk dilawan. Yah, yang
kita lawan di Bali itu seperti terorisme, penindasan, diskriminasi,
rasialisme, dan fasisme;' lanjut lerinx perihal misi hesar yang sedang
mereka emban.
Dengan isu-isu seperti itu maka lahirlah album Black Market Love yang
merupakan album major ketiga mereka. Bisa dibilang, momen emosionil di
album tersebut adalah tragedi bom Bali II. Di mana tragedi tersebut
menjadi trigger hunt mereka agar berpikir lebih sosial. Black Market
Love sendiri sebuah album yang lebih menceritakan pemherontakan. "Album
Black Market Love ini sarat dengan pemberontakan. Di sini kita pengen
memhuka pikiran orangÂorang bahwa di Bali itu bukan tempat yang layak
dihancurkan. Bali itu adalah tempat yang indah. Bahkan bukan cuma Bali,
semua daerah di Indonesia adalah tempat yang indah. Indonesia adalah
negara yang kaya. Kita punya semua macam seperti kebudayaan yang
heraneka ragam, kekayaan alam yang tidak terhatas dll. Tapi yang kita
lihat sekarang justru orang-orang Indonesia itu sering memperhatikan
halÂhal lain selain persatuan. Meski kita band major label tapi kita
merasa orang yang minoritas. Kita sebagai "The Real Minority" di
Indonesia itu merasa bahwa sekarang Indonesia itu kian nggak aman aja;'
jelas Bobby panjang lehar Black Market Love itu sendiri adalah analogis
dari kecintaan mereka pada hal-hal yang dianggap "salah" oleh masyarakat
kebanyakan. "Salah" di sini maksudnya adalah hal-hal yang dianggap tabu
seperti tato, piercing, alkohol, dan kenakalanÂkenakalan yang tidak
merugikan orang lain. Pada intinya mereka ingin memperbaiki hal-hal yang
dianggap "salah" tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Jerinx,
"Kecenderungan orang Indonesia memang hanya nge-judge doang. Wah dia
tattooan pasti preman, bawa minuman keras pasti tukang hikin kerihutan.
Contoh riilnya aja, teroris mana ada yang tattooan?"
Di album Black Market Love mereka terpengaruh dari nnsur-unsur musik
latin (Tango), ada unsur halada, Johnny Cash, The Living End, Green Day
NOFX, don Social Distortion. Selain itu mereka mengajak juga beberapa
musisi untuk berkolaborasi di album ini seperti Dadang dari Navicula,
Leo Sinatra dari Suicidal Sinatra, Sari dari Nymphea, Prima dari Geek's
Smile, Andy Phillipus dari Cool Case, Fahmi dari Devildice, Yola dan
Nisa, Yom buat backing vocal. Selain gitar, bass dan drum mereka
memainkan unsur dari instrumen-instrumen
lainnya seperti akordeon, organ, terompet, sliding gitar, dan gitar
akustik. Menurut Dethu, manajer mereka, album ini didedikasikan untuk
Umam, salah satu teman mereka yang telah meninggal dunia seperti yang
tortera di sleeve cover album mereka tersehut.
Kalau kamu perhatikan klip di salah satu single andalan mereka di album
Black Market Love, "Bukan Pahlawan" di mana Superman Is Dead seperti
meneriakkan kepedihan-kepedihan kaum minor dan berusaha berjuang untuk
mereka. " Di klip itu kita pengen nonjolin rasa capek. Bahwa hidup itu
ternyata keras. Di klip itu yang dipakai adalah orang-orang dengan
profesi beneran. Satpam beneran, pelacur heneran, tukang sampah heneran,
preman beneran, sehingga nuansa riilnya juga ada dan lehih terasa;'
ujar lerinx. "Karena teman-teman kita di Bali emang kaum minor kayak
itu. Kita berteman dengan pelacur, preman, tukang tato, satpam dsb.
Omong besar yang nganggep kita itu seleh. Kita paling henci disebut
seleb;" lanjut Bobby. Superman Is Dead adalah salah satu hand yang
berani untuk merangkul band-band haru. Mereka berkontribusi dalam
membesarkan scene musik di Bali. Contohnya saja, Eka yang nanganin
khusus merchandise hand-band lokal, juga memproduseri beberapa album
kompilasi. Bobby memiliki sebuah studio rekaman, hikin kompilasi dengan
label Electro Hell, terns lerinx memiliki label sendiri hernama Lonely
King Records yang sudah ngeluarin tiga album indie. Terus mereka sering
bikin-hikin acara kayak charity buat tsunami, gempa di Vogya, bom Bali
dsh. Mereka memhangun sebuah bar bernama Twice Bar untuk bikin acara
dimana band-band lokal bisa main. Bahkan band yang maen di bar ini nggak
perlu hand yang barns ngetop. Band-band kemarin sore juga holeh main di
sana. "Mereka main juga nggak dibayar. lustru kita yang bayar mereka
pake minuman hahaha...° jelas Bobby seraya tertawa kecil.
Menurut Jerinx, mereka merangkul band-band barn ini adalah salah satu
bentuk kecintaan mereka pada musik. Mereka berprinsip bahwa mereka 6esar
dari musik maka mereka wajih mengemhalikannya juga pada musik. Salah
satu caranya dengan membantu band lain. "Jadi kalau kita dianggap
senioritas atau panutan juga sih nggak apaÂ
apa karena itu mat memajukan hand-band mereka juga. Yah, baguslah jadi
ada regenerasi;' jelas Bobby ketika ditanya perihal kontribusi Superman
Is Dead pada scene musik di Bali dalam mengemhangkan band-band 6aru
tersebut. "Kalian nggak akan melihat Dewa dan Ahmad Dhani-nya mau
mengorganize event kecil dan ngangkat hand-hand baru;' kata lerinx.
"Kalau kita kan turun lansung ke lapangan. Kalau ada band bagus kita
ajak. Kita herusaha membaur dengan band-band haru. Makanya kita nggak
ada fans club yang ada friends club karena kita nganggap semua band
sebagai teman;' tegas Eka menegaskan statement dari lerinx.
Apa mereka seorang pahlawan? "Bukan... Bukan Pahlawan hahaha.... Kita
berusaha melakukan misi-misi ke arah perbaikan tapi kalau hasilnya kecil
pun setidaknya kita sudah berusaha. Kita itu istilahnya apa yah, yah
orang mendengarkan musik kita, orang yang beli kaset atau CD kita,
otomatis akan haca liriknya jadi kita pengen manfaatkan yang kita punya
itu sebagai tanggung jawah. Kita punya kekuatan seperti ini, kita pengen
manfaatkan sesuatu yang lebih baik itu untuk lingkungan kita,
masyarakat kita, negara kita. Kita bukan ngeband 6ukan sekedar lewat
atau numpang tenar aja. Yah, intinya musik kita ini ingin memberi
peruhahan. Walaupun efeknya sedikit, kita nggak peduli. Karena musik
juga sebagai terapi personilnya kita. Karena ternyata musik itu hisa
mengeluarkan emosi dan energi kemarahan kita;' tegas lerinx seperti
halnya peribahasa yang sempat tenar oleh pahlawan bertopeng laha-laba
heherapa waktu lalu;'With Great Power Comes Great Responsibility"
Tentunya dengan semua hal yang akan mereka lakukan bukanlah hal yang
hiasa-hiasa saja. Bisa dibilang mereka kini sedang melawan sesuatu yang
sangat besar Bukan hanya nilai, moral, don budaya masyarakat Indonesia,
akan tetapi lebih jauh dari hal-hal seperti itu. Dan melakukan
perlawanan seperti itu tentu membutuhkan banyak waktu dan tenaga yang
luar hiasa dan itu tidak mudah. "Kita ini iharat semut melawan gajah.
Tapi semutnya percaya diri;' ujar lerinx menutup interview ini dengan
senyum percaya dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar