TIGA orang pria yang berasal dari Bali, beberapa
waktu lalu mengguncang panggung Level 2, superbazar-nya SMAN 2 Bandung.
Tentunya, belia enggak mau ketinggalan untuk ngobrol-ngobrol bareng band
yang mengusung genre punk rock. Ditemui di sebuah kamar hotel di
bilangan Sukajadi, Bobby Cool (lead vox, guitar), Eka Rock (bass,
backing vox), dan Jerinx (drum) berbagi keriaan dengan belia, sebelum
manggung, hehehe… Simak bareng-bareng ya!
Ketiga pria yang tergabung
dalam Superman Is Dead (SID) ini bukan pertama kalinya tampil di Kota
Bandung. "Kali ini, kita datang ke Bandung perasaan lebih fun, haha…
Mungkin karena mau main di pensi anak SMA, jadi semangat," kata Jerinx.
Ugh, pantes aja performa mereka di Level 2 mampu menghipnotis puluhan
ribu pasang mata. Selain penampilan yang oke, dari segi musikalitas,
band asal Kuta, Bali yang sedang menyiapkan album baru ini pun enggak
kalah ciamiknya.
Seperti roda, karier mereka di dunia musik Indonesia sempat mengalami
jatuh bangun. Memulai lewat jalur indie, SID akhirnya berhasil merangkak
ke jalur mainstream, tetapi tanpa harus menanggalkan identitas asli
mereka. "Banyak orang yang enggak tahu gimana perjuangan kami dalam
mempertahankan idealisme. Kami sempat bolak-balik label untuk diskusi
segala hal. Akhirnya, pihak label mau menerima beberapa persyaratan yang
kami bikin. Lagian indie label sekarang pun udah bisa setara dengan
major label," jelas Jerinx.
Salah satu syarat yang berhasil mereka pertahankan adalah lagu-lagu yang
sebagian besar liriknya berbahasa Inggris. "Daripada pake bahasa
Belanda, kan mending pake bahasa Inggris," canda Bobby. "Referensi kami
dari dulu kebanyakan lagu dengan bahasa Inggris. Tanpa disadari akhirnya
lagu-lagu kami banyak yang berbahasa Inggris. Namun, untuk pendengar
yang belum paham bahasa Inggris, di album ’Black Market Love’, kami
mencantumkan penjelasan di bawah lirik lagu yang berbahasa Inggris,"
tuturnya lagi.
Pria-pria penggemar sepeda low rider ini juga cerita kalau musik yang
mereka mainkan sejak dulu, didedikasikan untuk kaum marginal atau kaum
minoritas. "Album ’Black Market’ Love ini banyak menceritakan kisah
cinta yang ‘salah’. Kami punya pesan kalau cinta itu enggak selalu
manis. Pokoknya cinta itu seperti kentut. Kalau ditahan malah bikin
perut tambah sakit, tetapi kalau dikeluarkan bisa bikin keributan,
hehehe…" kata Eka sambil ketawa. Jika belia sempat melihat video klip
mereka yang berjudul "Lady Rose", barangkali belia bisa langsung
menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh SID.
Bukan hanya pesan cinta seperti itu saja yang ingin disampaikan oleh
SID, melainkan pesan cinta untuk mereka yang tersisih dan terlupakan,
seperti para korban bencana alam, bahkan cinta untuk lingkungan. "Yang
paling mengena adalah saat kami bersama-sama dengan warga Bali menggelar
konser peduli bom Bali. Kami bekerja sama dengan semua pihak di Bali
untuk membantu para korban. Banyak orang yang punya persepsi kalau
orang-orang Bali enggak peduli dengan kejadian di luar Bali karena
mereka menganggap Bali sudah seperti negara sendiri, padahal enggak
begitu. Kami masih peduli dengan keadaan di luar Bali," ujar Jerinx
serius.
Hmm, di balik penampilan mereka yang gahar ternyata trio ini punya
kepedulian yang begitu besar terhadap sesama manusia. Gimana dengan
kamu? ***
tisha_belia@yahoo.com
Penulis:
---taken from Pikiran Rakyat---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar