Rabu, 06 Juni 2012

Bali's -Punk-Rockabilly Rebel - Ripple Mag

Mereka kembali dengan sebuah misi mulia. Tak pelak bagaimana langkah sebuah eksistensi selama kurang lebih 10 tahun telah membuat mereka kini lebih dewasa. Salah satu bukti dari kedewasaan mereka bisa Kamu lihat di klip "Bukan Pahlawan" di mana mereka tampil lebih "mature" dengan kumis dan janggut. Tak hanya itu, mereka kini kembali dengan lirik-lirik yang membawa pecan social dan bersiap menghancurkan kefasisan yang tumbuh subur di negara Indonesia tercinta ini.

Selasa siang itu saya datang ke sebuah stasiun TV lokal untuk bertemu dengan anak-anak Superman Is Dead. Mereka bertiga, Bobby Cool (Gitar), Eka Rock (Bass),dan lerinx (drum) kini tampak lehih santai sambil minum teh betel dan makanan ringan. Kini mereka tampak berbeda penampilannya dengan yang di video klip "Bukan Pahlawan" di mana tidak lagi terlihat kumis dan janggutnya. "Yah, sekarang udah kebeli kerokan beat nyukur kumis hahaha...," kata jrxadalah drummer grup hand yang berdiri sekitar 1996 ini, ia sekarang terlihat lebih gemuk dengan sekujur tato menghiasi di tubuhnya adalah seorang vegetarian dan juga penggagum berat Social Distorsion dan ketika saya temui ia sedang mengenakan T-shirt berwarna merah band tersebut Lain lagi dengan Bobby Cool yang tampaknya lebih "cool" sekarang. Terutama dengan tatc yang kini mulai menghiasi pergelangan tangannya. Sementara Eka Rock kadang lebih banyak diam ketika melakukan interview ini meski sesekali ngejawab pertanyaan juga tampak lebih tinggi dan kurus seperti halnya yang hiasa kita lihat di video klip. Namun nggak berbeda jauh dengan kedua temannya itu, tato terlihat menghiasi tubuhnya.

"Sebenarnya yang image kumis itu waktu kits mm recording, kita sepakat untuk menumbuhkan kuma bareng bust menimhulkan nuansa baru don enera haru. Yah supaya ado atmosfir lain di album ini Itu terbukti album ini agak lehih dewasa dibanding album sebelumnya. Mungkin bisa lehih jaga emosi. Kalau lulu mungkin emosian banget' kata Bobby Cool panjang lebar menjelaskan perihal image "kumis': lerinx menambahkan bahwa image kumis juga sebagai hentuk pendewasaan di mana mereka kini sudah mulai memiliki tanggung jawab besar dengan link don musik mereka. Kini link mereka lebih provokatif dengan pecan-pecan sosialnya. Soal urusan musik pun sudah mereka pikirkan. Kini mereka Bering menggunakan additional player don mencoba bertanggung jawab dalam unison sound agar setidaknya mirip dengan di kaset atau CD dalam setiap live shay mereka. Kfini Superman Is Dead telah melupakan masa 'Dark Age" mereka di mana beherapa tahun lalu isu rasis pada orang Jawa dan bla...bla... sempat menjadi kerikil tajam dalam perjalanan band yang sudah merilis tiga album major ini. Mereka sempat .iangalami kerusuhan di Surabaya dan Medan akibat isu tersebut. Nomun kini isu seperti itu menurut mereka sudah basi karena toh sekarang masih ada hal lain yang patut dipikirkan. "Masalah isu racial sudah kita anggap beres. Ditandai dengan anak-anak yang dulunya ngelemparin kita akhirnya mereka juga ngundang kita agar main lagi. Awalnya kita nggak mau dengan banyak alasan namun akhirnya kita bilang ke mereka, kita mau main asal mereka minta maaf. Dan akhirnya mereka meminta maaf. Sampai saat ini pun sudah main tiga kali dan aman-aman saja, " ujar lerinx menanggapi isu tersebut.Menurut mereka justru yang sekarang perlu lebih dipikirkan yaitu bagaimana membangun kembali Bali yang sempat terpuruk akibat Bom Bali II. Mereka memiliki dua misi besar sekarang. Pertama, mereka membenci hand-hand yang tingkah lakunya kayak hand mainstream yang celeb wanna be. Kedua, mereka ingin membuka pemikiran orang tentang Bali yang imagenya selalu identik dengan hal-hal negatif, pulau maksiat, glamour, party-party dIL "Bali itu adalah tempat yang aman. Semua agama dan toleransi agama di Bali itu bagus. Kita pengen ngasih tahu hahwa Bali itu aman untuk semua agama. Jadi Bali itu bukanlah daerah yang pro barat atau western, tapi Bhinneka Tunggal Ika banget;' ujar lerinx 6erapi-api.

Yang ada di pikiran mereka waktu terjadinya born Bali II adalah hanyaknya rasa kemarahan. Selain marah pada pelaku pemboman, ada rasa marah pada ketidakpedulian. Meski mayoritas orang menentang terorisme, namun masih hanyak elemen masyarakat yang tidak peduli dan nggak bereaksi apapun melihat aksi pemboman seperti itu. Menurut Bobby mereka mengharapkan hal-hal ketidakpedulian dan ignorance seperti itu hilang atau setidaknya berkurang. "Yah musisi-musisi di Bali pasca born Bali II justru sekarang lebih galak. Banyak kemarahan di Bali sekarang ini. Bali seolah menjadi pulau yang penuh amarah, kegelisahan, rasa takut, dll. Energi-energi kayak itu kan bisa dihilang bagus untuk band-band yang "underground", "indie'; atau "punk rock" : Jadi band-band di Bali itu sekarang lebih punya misi. Punya sesuatu untuk dilawan. Yah, yang kita lawan di Bali itu seperti terorisme, penindasan, diskriminasi, rasialisme, dan fasisme;' lanjut lerinx perihal misi hesar yang sedang mereka emban. Dengan isu-isu seperti itu maka lahirlah album Black Market Love yang merupakan album major ketiga mereka. Bisa dibilang, momen emosionil di album tersebut adalah tragedi bom Bali II. Di mana tragedi tersebut menjadi trigger hunt mereka agar berpikir lebih sosial. Black Market Love sendiri sebuah album yang lebih menceritakan pemherontakan. "Album Black Market Love ini sarat dengan pemberontakan. Di sini kita pengen memhuka pikiran orang­orang bahwa di Bali itu bukan tempat yang layak dihancurkan. Bali itu adalah tempat yang indah. Bahkan bukan cuma Bali, semua daerah di Indonesia adalah tempat yang indah. Indonesia adalah negara yang kaya. Kita punya semua macam seperti kebudayaan yang heraneka ragam, kekayaan alam yang tidak terhatas dll. Tapi yang kita lihat sekarang justru orang-orang Indonesia itu sering memperhatikan hal­hal lain selain persatuan. Meski kita band major label tapi kita merasa orang yang minoritas. Kita sebagai "The Real Minority" di Indonesia itu merasa bahwa sekarang Indonesia itu kian nggak aman aja;' jelas Bobby panjang lehar Black Market Love itu sendiri adalah analogis dari kecintaan mereka pada hal-hal yang dianggap "salah" oleh masyarakat kebanyakan. "Salah" di sini maksudnya adalah hal-hal yang dianggap tabu seperti tato, piercing, alkohol, dan kenakalan­kenakalan yang tidak merugikan orang lain. Pada intinya mereka ingin memperbaiki hal-hal yang dianggap "salah" tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Jerinx, "Kecenderungan orang Indonesia memang hanya nge-judge doang. Wah dia tattooan pasti preman, bawa minuman keras pasti tukang hikin kerihutan. Contoh riilnya aja, teroris mana ada yang tattooan?" Di album Black Market Love mereka terpengaruh dari nnsur-unsur musik latin (Tango), ada unsur halada, Johnny Cash, The Living End, Green Day NOFX, don Social Distortion. Selain itu mereka mengajak juga beberapa musisi untuk berkolaborasi di album ini seperti Dadang dari Navicula, Leo Sinatra dari Suicidal Sinatra, Sari dari Nymphea, Prima dari Geek's Smile, Andy Phillipus dari Cool Case, Fahmi dari Devildice, Yola dan Nisa, Yom buat backing vocal. Selain gitar, bass dan drum mereka memainkan unsur dari instrumen-instrumen lainnya seperti akordeon, organ, terompet, sliding gitar, dan gitar akustik. Menurut Dethu, manajer mereka, album ini didedikasikan untuk Umam, salah satu teman mereka yang telah meninggal dunia seperti yang tortera di sleeve cover album mereka tersehut.

Kalau kamu perhatikan klip di salah satu single andalan mereka di album Black Market Love, "Bukan Pahlawan" di mana Superman Is Dead seperti meneriakkan kepedihan-kepedihan kaum minor dan berusaha berjuang untuk mereka. " Di klip itu kita pengen nonjolin rasa capek. Bahwa hidup itu ternyata keras. Di klip itu yang dipakai adalah orang-orang dengan profesi beneran. Satpam beneran, pelacur heneran, tukang sampah heneran, preman beneran, sehingga nuansa riilnya juga ada dan lehih terasa;' ujar lerinx. "Karena teman-teman kita di Bali emang kaum minor kayak itu. Kita berteman dengan pelacur, preman, tukang tato, satpam dsb. Omong besar yang nganggep kita itu seleh. Kita paling henci disebut seleb;" lanjut Bobby. Superman Is Dead adalah salah satu hand yang berani untuk merangkul band-band haru. Mereka berkontribusi dalam membesarkan scene musik di Bali. Contohnya saja, Eka yang nanganin khusus merchandise hand-band lokal, juga memproduseri beberapa album kompilasi. Bobby memiliki sebuah studio rekaman, hikin kompilasi dengan label Electro Hell, terns lerinx memiliki label sendiri hernama Lonely King Records yang sudah ngeluarin tiga album indie. Terus mereka sering bikin-hikin acara kayak charity buat tsunami, gempa di Vogya, bom Bali dsh. Mereka memhangun sebuah bar bernama Twice Bar untuk bikin acara dimana band-band lokal bisa main. Bahkan band yang maen di bar ini nggak perlu hand yang barns ngetop. Band-band kemarin sore juga holeh main di sana. "Mereka main juga nggak dibayar. lustru kita yang bayar mereka pake minuman hahaha...° jelas Bobby seraya tertawa kecil.

Menurut Jerinx, mereka merangkul band-band barn ini adalah salah satu bentuk kecintaan mereka pada musik. Mereka berprinsip bahwa mereka 6esar dari musik maka mereka wajih mengemhalikannya juga pada musik. Salah satu caranya dengan membantu band lain. "Jadi kalau kita dianggap senioritas atau panutan juga sih nggak apa­ apa karena itu mat memajukan hand-band mereka juga. Yah, baguslah jadi ada regenerasi;' jelas Bobby ketika ditanya perihal kontribusi Superman Is Dead pada scene musik di Bali dalam mengemhangkan band-band 6aru tersebut. "Kalian nggak akan melihat Dewa dan Ahmad Dhani-nya mau mengorganize event kecil dan ngangkat hand-hand baru;' kata lerinx. "Kalau kita kan turun lansung ke lapangan. Kalau ada band bagus kita ajak. Kita herusaha membaur dengan band-band haru. Makanya kita nggak ada fans club yang ada friends club karena kita nganggap semua band sebagai teman;' tegas Eka menegaskan statement dari lerinx. Apa mereka seorang pahlawan? "Bukan... Bukan Pahlawan hahaha.... Kita berusaha melakukan misi-misi ke arah perbaikan tapi kalau hasilnya kecil pun setidaknya kita sudah berusaha. Kita itu istilahnya apa yah, yah orang mendengarkan musik kita, orang yang beli kaset atau CD kita, otomatis akan haca liriknya jadi kita pengen manfaatkan yang kita punya itu sebagai tanggung jawah. Kita punya kekuatan seperti ini, kita pengen manfaatkan sesuatu yang lebih baik itu untuk lingkungan kita, masyarakat kita, negara kita. Kita bukan ngeband 6ukan sekedar lewat atau numpang tenar aja. Yah, intinya musik kita ini ingin memberi peruhahan. Walaupun efeknya sedikit, kita nggak peduli. Karena musik juga sebagai terapi personilnya kita. Karena ternyata musik itu hisa mengeluarkan emosi dan energi kemarahan kita;' tegas lerinx seperti halnya peribahasa yang sempat tenar oleh pahlawan bertopeng laha-laba heherapa waktu lalu;'With Great Power Comes Great Responsibility"

Tentunya dengan semua hal yang akan mereka lakukan bukanlah hal yang hiasa-hiasa saja. Bisa dibilang mereka kini sedang melawan sesuatu yang sangat besar Bukan hanya nilai, moral, don budaya masyarakat Indonesia, akan tetapi lebih jauh dari hal-hal seperti itu. Dan melakukan perlawanan seperti itu tentu membutuhkan banyak waktu dan tenaga yang luar hiasa dan itu tidak mudah. "Kita ini iharat semut melawan gajah. Tapi semutnya percaya diri;' ujar lerinx menutup interview ini dengan senyum percaya dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar